rin_iffah

Sejarah peradaban telah mencatat bahwa Islam hadir dengan mengangkat tinggi derajat wanita di tengah kabut yang menutupi keterbelakangan dan kebodohan perlakuan para filsuf dan masyarakat Yunani, peradaban barbar Romawi, Persia, bangsa Arab, bahkan Yahudi dan Nasrani terhadap wanita. Dalam pandangan Bangsa Yunani, wanita tak lebih dari kotoran syaitan yang tidak memiliki hak sama sekali. sedang Romawi merendahkan wanita dengan menganggap bahwa wanita hanyalah seonggok benda mati tanpa ruh. Begitupula dengan bangsa Arab yang sampai mengubur anak perempuan mereka hidup-hidup ketika masih kecil. “Dan apabila salah seorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran anak perempuannya, hitam padamlah mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak karena buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah ia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan, ataukah ia harus menguburkannya di dalam tanah hidup-hidup? Ketahuilah...! alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu!” (An Nahl 58-59)

Dan hari ini, pemikiran jahiliyah itu kembali mencuat. Pemikiran jahiliyah tidak lagi terdefinisikan sebagai keterbelakangan dan kebodohan karena lemahnya pengetahuan. Jahiliyah hari ini, hadir dengan wajah yang lebih tertata dengan baik, bersembunyi di balik wajah buram para intelektual yang mengusung nilai feminisme, liberalisme serta pluralisme. Di negeri ini para pejuang feminisme sebagian berwujud intelektual muslim berjilbab, para ilmuwan di kampus-kampus Islami yang hadir bak pahlawan kesiangan. Dengan alasan membela tokoh yang dianggap sebagai penggagas emansipasi, RA Kartini. Mereka berkicau dengan lantangnya mencoba untuk memangkas nilai-nilai kesantunan dan kelembutan seorang wanita. Padahal kartini sendiri membantah pengakuan mereka dalam surat yang beliau tulis jelang akhir hayatnya
“sudah lewat masanya.. tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, yang tiada taranya. Maafkan kami. tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa dibalik hal yang baik dan indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban?”(surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 27 Oktober 1902)

"Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukan sekali-kali, karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya, tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya; menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama."

Bahkan kartini terinspirasi firman Allah " ... mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)...” (QS Al Baqarah [2]: 257) yang kelak dikenal dalam kumpulan surat-suratnya berjudul habis gelap terbitlah terang.

Kartini, diakhir hayatnya sadar bahwa Eropa bukanlah negara yang patut ditiru oleh kaumnya. Eropa sebagai kiblat kebebasan berekspresi telah menggiring para wanita pada distrorsi perilaku yang bermartabat serta keluhuran budi. Apa yang bisa dibanggakan dari sebuah pembenaran perilaku tak berbudaya atas nama emansipasi? Alhasil, lahirlah ide-ide ‘merusak’ dari para penggaggas serta orang-orang yang menyebut mereka sebagai pejuang emansipasi. Mereka mencoba merancukan pemikiran serta mengotori pemuliaan Islam terhadap wanita. Mereka menganggap agama adalah doktrin kaku yang memasung hak-hak wanita. Dengan ‘kelancangan’-nya kepada Allah, mereka berani membuat-buat aturan sendiri, menyamakan pembagian waris, membolehkan wanita menjadi imam sholat jama’ah dengan makmum laki-laki, melucuti jilbab para muslimah dengan alasan tak relevan dengan globalitas masa.
Mereka bahkan pernah menggugat sebuah hadis dari Rasulullah shallalaahu ‘alaihi wa sallam : “tiada yang aku lihat kekurangan dalam akal dan agama yang meruntuhkan kekokohan akal orang yang cerdik, seperti kekurangan yang dimiliki salah seorang di antara kalian”. Lalu seorang wanita yang beliau ajak bicara bertanya, ‘apa maksudnya kurang dalam akal dan agama?’ beliaupun bersabda, ‘kekurangan dalam akal adalah bahwa persaksian dua orang wanita setara dengan persaksian seorang laki-laki. Adapun kekurangan agamanya adalah, salah seorang dari kalian tidak berpuasa di beberapa hari dalam bulan Ramadhan, dan dia tidak mendirikan sholat pada beberapa waktu sholat.” (HR. Abu Dawud)

Padahal kekurangan agama dimaksud adalah kekurangan dari segi kuantitas. Dimana wanita setiap bulan mengalami haid yang jelas menyebabkannya kurangnya kuantitas puasa dan sholat. Bukan dari segi kualitas. Karena bisa kita temukan para wanita muslimah dengan kualitas ibadah yang tak kalah dengan laki-laki. Dan bagi mereka ada janji kesetaraan oleh Allah dalam kalamNya :
“Sungguh, laki-laki dan perempuan Muslim, laki-laki dan perempuan yang beriman, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Alla, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al Ahzab:35)

Kepada mereka yang sibuk menggugat hadis rasulullah di atas, cukuplah kita katakan bahwa hadis tersebut ditujukan kepada para mukminah seperti Aisyah radhiyallaahu anha yang menghafal ribuan hadis dari Rasulullah serta menjadi rujukan ilmu para sahabat Radhiyallaahu anhuma. Ah, untuk hal ini pun mereka tak masuk kategori.

Inilah kondisi jahiliah yang merasuki pemikiran mereka. Padahal Islam hadir menemui para wanita di bilik-bilik mereka. Mengajarkan mereka nilai sebuah kesetaraan sejati. Laki-laki dan perempuan memang berbeda dalam beberapa aspek. Tapi mereka justru setara dalam berbagai aspek. Porsi berbeda dalam beberapa aspek bukanlah menunjukan sebuah ketakadilan. Bukankah pengertian adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya, dan bukan membagi rata sesuatu untuk dua hal yang berbeda. Maka kita dapatkan wanita adalah makhluk yang dibekali dengan kelembutan. Karena ia dipersiapkan untuk membelai anak-anaknya, menjaga dengan anugrah kasih sayang yang tersemat pada sosok lembutnya. Sedangkan laki-laki dikaruniai karakter keras dan kuat karena ia dipersiapkan menjadi pelindung bagi rumah tangganya. Mereka hadir dengan karakteristik yang berbeda bukan untuk disetarakan, tetapi untuk saling melengkapi. Laki-laki dan perempuan hadir bukan untuk saling merendahkan posisi, justru mereka hadir sebagai belahan yang tak terpisahkan.
kesetaraan yang sebenarnya sudah berabad-abad silam dijelaskan dengan begitu gamblangnya oleh Allah dan Rosulnya.
Bahkan wanita adalah pemimpin di dalam rumah suaminya :
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya... seorang wanita adalah pemimpin bagi rumah tangga suaminya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya....” (HR al Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan An Nasa’i)

Masing-masing, laki-laki dan perempuan adalah pemimpin yang pada tiap kepemimpinannya Allah takar kemampuan. Karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain.

Dan bagi wanita beriman, terhadap ketetapan Allah atas mereka, kita ikrarkan dengan sepenuh kesadaran, Kami ridho dengan pembagian ini. Karena semua adalah kemuliaan di sisi Allah. Semulia pesan yang terukir indah dalam al-qur’an

“Dan janganlah kalian merasa iri terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian di antara kalian atas sebagian yang lain. Bagi para laki-laki terdapat bahagian dari apa yang mereka kerjakan, dan bagi para wanita pun terdapat bahagian dari apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Segala Sesuatu.” (an Nisaa’ 32)
Selengkapnya...

rin_iffah

Cara perhitungan masa subur dengan menggunakan siklus haid dikenal dengan istilah pantang berkala yang biasanya digunakan sebagai salah satu metode kontrasepsi. Prinsip dari pantang berkala ialah tidak melakukan persetubuhan pada masa subur isteri. Penentuan masa subur ini digunakan tiga patokan yaitu :

1. Masa ovulasi, terjadi 14 ± 2 hari sebelum haid yang akan datang
2. Sperma dapat membuahi dalam 48 jam setelah ejakulasi
3. Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi.
Jadi, jika kita ingin mencegah terjadinya kehamilan maka tidak boleh melakukan hubungan intim sekurang-kurangnya 3 hari (27 jam), yaitu 48 jam sebelum ovulasi dan 24 jam sesudah ovulasi terjadi.

Cara ini kelihatannya mudah, namun pada kenyataannya sulit untuk menentukan masa ovulasi yang tepat oleh karena hanya sebagian kecil wanita yang memiliki siklus haid teratur. Banyak diantaranya yang memiliki variasi dalam siklus haid terutama pada wanita pasca melahirkan dan mejelang menopause.

Adapun cara menentukan masa aman ini yaitu pertama dengan mengetahui lama siklus haid minimal 6 bulan (6 siklus) namun ada yang mengatakan boleh 3 bulan (3 siklus). Tentukan lama siklus haid terpendek dan terpanjang. Kemudian siklus haid terpendek dikurangi 18 hari, dan siklus haid terpanjang dikurangi 11 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range masa subur. Dalam jangka waktu subur tersebut harus pantang berhubungan intim, sedang diluarnya merupakan masa aman. Atau bisa dilihat dengan rumus berikut :

Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18

Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang - 11

Sebagai contoh, jika seorang wanita mempunyai siklus haid yang bervariasi dari 28 sampai 36 hari, maka perhitungannya ialah 28-18 = 10, dan 36-11 = 25. Pada contoh ini, kehamilan dapat terjadi pada hari ke-10 hingga hari ke- 25 dari siklus haid. Sedang masa aman ialah pada hari ke- 1-9 siklus haid, dan hari ke 26 sampai hari 9 sesudah haid yang akan datang. Umumnya, makin teratur daur haid seorang wanita, makin kecil tingkat kegagalan cara ini.

Adapun cara lain untuk menentukan masa aman ialah dengan suhu basal badan. Menjelang ovulasi suhu basal badan akan turun. Kurang lebih 24 jam sesudah ovulasi suhu basal badan akan naik lagi sampai lebih tinggi daripada suhu sebelum ovulasi. Fenomena ini dapat digunakan untuk menentukan saat ovulasi. Suhu basal badan dicatat dengan teliti setiap hari. Suhu basal badan ini adalah suhu yang diukur di waktu pagi segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas apa-apa.

Penggunaan suhu basal badan dapat meninggikan daya guna pantang berkala. Hanya saja pada beberapa keadaan seperti infeksi, ketegangan, dan waktu tidur tidak teratur dapat pula meninggikan suhu basal badan. Karena itu dianjurkan agar jangan melakukan hubungan intim sampai terlihat suhu tetap tinggi 3 pagi berturut-turut.

Menggunakan sistem kalender perlu kerjasama yang baik antara suami istri karena metode ini butuh kemauan dan disiplin pasangan dalam menjalankannya. Masa berpantang yang cukup lama akan mengakibatkan pasangan tidak bisa menanti sehingga melakukan hubungan pada waktu masih berpantang.

Sumber : Buku Teks Ilmu Kebidanan YBP-SP Jakarta, 2002
Selengkapnya...

rin_iffah


Bismillah... risalah ini terluapkan di tengah kerinduan mengenang sosok-sosok yang dahulu pernah membersamai diri di tiap derap perbaikan, di saat kuat maupun lemah.
Ketika anda bersua dengan mereka dalam lingkaran di sudut-sudut masjid, penuh kekhusyu’an, ketundukan, terhanyut dalam tiap lantunan ayat yang mengalun lembut menggetarkan serta melembabkan hati-hati mereka. Maka Janganlah dulu terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa mereka adalah jelmaan malaikat berjasad manusia, selalu suci dan tak pernah terjatuh dalam dosa.

Perhatikanlah mereka lebih dekat. Di sana ada akhwat berkaca mata yang ternyata agak perfeksionis. Mudah tersulut emosi ketika membiarkannya sedikit menunggu. Kemarahannya bisa terlampiaskan dengan kata-kata, memukul tembok atau justru diam seribu basa. Dan aku pernah merasakan luapan emosinya yang begitu lama. Yah, aku pernah didiamkan ber hari-hari dengan alasan yang aku tak pernah tahu. Tapi sungguh, dibalik sosok ‘keras’nya, ia pernah menangis di saat melihat dakwah di fakultasnya berjalan di tempat. Tangan kreatifnya pernah menghasilkan sebuah majalah mungil yang tak pernah terlupa sepanjang sejarah perjuangan dakwah di kampusnya. Bahkan dibalik sifatnya itu tersimpan sisi kelembutan seorang murobbiyah.... melihatnya, aku terbayang sosok sahabat Rasulullah yang mulia, Umar bin Khattab radhiyallaahu anhu.


Anda tak akan pernah membayangkan bagaimana ia mampu mengakrabi sosok lemah lembut yang ada di sampingnya. Akhwat berjilbab coklat berkulit sawo matang yang tengah tertunduk khusyuk menilai kedalaman dirinya. Ia lebih banyak diam, berbicara seperlunya. Sering sakit-sakitan menjadikan fisiknya begitu lemah, tapi tidak dengan semangat juangnya. Kadang ia bisa jauh lebih kuat menahan kantuk dalam musyawarah yang menyita waktu tidurnya di malam hari. Ia begitu menikmati tiap detik begadang syar’i yang dijalaninya. Sosok lemah itu begitu panjang ketika sujud, suaranya yang merdu menjadikannya selalu diminta menjadi imam ketika sholat berjama’ah.

Sekarang, lemparkan pandangan anda lebih jauh lagi. Apakah anda melihat akhwat berjilbab hitam berkacamata dengan frame hitam agak tebal yang perawakannya jauh lebih besar dibanding akhwat yang lain??? Suaranya agak besar, terkadang menggelegar, sebesar harapannya mengembangkan dakwah di fakultasnya. Sosok tangguh yang tergambar lewat fisiknya ternyata dikarunia kepolosan di tiap harapan dan keinginannya.

Di sana ada juga sosok yang tak bisa diam, keras kepala, ada yang begitu jujur mengekspresikan tiap rasa yang dialaminya yang tanpa sengaja rasa itu mampu melukai sesosok makhluk yang hatinya begitu rapuh, mudah terbawa perasaan ketika tersakiti dalam sebuah musyawarah pun dalam interaksi amal jama’i. Ada sosok pemalu yang di tiap kali jumpa tak ada kata yang bisa dinikmati dari lisannya, ia justru lebih banyak bergerak, berbuat di saat yang lain mulai terkulai lemah. Anda juga akan menjumpai sosok yang penuh semangat sepanjang hari, yang dengan mudahnya ia tularkan semangat itu kepada orang-orang disekitarnya.

Sosok-sosok yang secara inderawi terlihat begitu anggun, begitu tangguh, adalah juga manusia biasa yang tetap berbalut karakter khusus. Hijrahnya tak serta merta menjadikan mereka memiliki karakter yang sama yang sering tergambarkan oleh mata awam sebagai seorang akhwat dengan kesempurnaan ke’akhwatan’nya. Maka jangan pula anda melempar vonis bahwa mereka hanyalah sosok penuh dosa yang tak pantas diqudwah. Justru karakter ini terbingkai indah setelah hijrah dibawah naungan al-qur’an dan sunnah, dalam wujud yang lebih mulia, dalam dakwah dan tarbiyah.

Mereka, manusia-manusia biasa yang istiqomah dengan potensi kebaikan yang dimilikinya. Karakter khas masing-masing tak menjadikan mereka semakin terjarakkan, tetapi kecenderungan-kecenderungan yang berbeda itu menjadikan dakwah mereka penuh warna. Ada kalanya mereka lepas dalam canda, saling berbagi dalam tawa, bebas tanpa beban. Terkadang mereka bisa begitu serius dalam tiap majelis syuro. Mereka pun sering menangis bersama, mengingatkan tentang beratnya amanah, dosa, dan neraka. Di majelis kebersamaan mereka, atau di sela rehat sesaat, pun dalam lintasan perjumpaan yang singkat, mereka tetap saling mengingatkan, selalu berucap kepada sesama : “saudariku... mari sejenak kita beriman”.

Mereka, sosok-sosok tak sempurna yang tlah menjadi penggerak keshalihan, penyulut cahaya perbaikan. Mereka, yang dengan ketaksempurnaan serta segala sifat kemanusiaannya mencoba berbuat untuk diin ini. Ada sederet kata yang tak pernah mereka ucapkan kepada penerus setelahnya, tapi ketahuilah mereka tetap bersuara dalam diam, ingin berpesan dalam tiap gerak amal bahwa sungguh saat ini dan kapanpun tetaplah melihat sisi kemanusiaan mereka tanpa harus menghinakan, telusuri tiap semangat mereka tanpa sanjungan berlebihan. Merekapun kadang mengalami titik jenuh di saat berjuang, ada fragmen dimana mereka sedikit menjauh... dan ketika saat itu tiba mendekatlah, rangkul mereka dalam indahnya kebersamaan. Karena ketika anda memutuskan untuk berjuang bersama mereka, maka andapun telah siap untuk menelisik dan menikmati detail ketidaksempurnaan mereka setiap waktu.

Ketahuilah, islam memuliakan semua posisi, semua potensi.... Jikalau tak memungkinkan menjadi karang yang kokoh di tengah lautan, menjadi rumput nan lembut di tengah padang yang tak tergoyahkan dihempas angin pun tetap agung nilainya. Maka demi Allah, tidak ada halangan menjadi mulia dengan alasan tak sempurna serta potensi yang tak tersalurkan. Karena ketaksempurnaan-mu adalah penggerak keshalihan diriku, dirinya dan tiap jiwa yang merindukan cahaya surga. Wallaahul musta’an...

Selengkapnya...

rin_iffah



HANAMI (acara menikmati sakura) biasanya dilakukan pada akhir Maret/awal April saat bunga sakura mulai bermekaran. mekarnya bunga sakura bagi warga Jepang adalah sebuah kebahagiaan. Di tiap daerah waktu untuk menikmati bunga sakura ini berbeda-beda, dimulai dari daerah paling selatan. Pada saat-saat tersebut banyak rombongan yang berpiknik di bawah pohon sambil menghidu aroma kuntum sakura.


Ada yang menarik dari hanami, yang ternyata bukan hanya sekedar kegiatan melihat bunga sakura. Tradisi ini menjadi unik karena hanami telah berkembang menjadi kebiasaan untuk pesta di bawah pohon sakura. Biasanya orang-orang akan datang secara berombongan, menggelar semacam plastik atau tikar dan berpesta di situ, antara lain minum sake dan makan-makan. Mereka bisa saja datang membawa bento (bekal) dari rumah, tapi bagi yang tidak membawa makanan, di sana tersedia warung-warung tenda yang menyediakan berbagai macam makanan seperti takoyaki, yakisoba, udon, yakitori, ayam goreng, sosis tusuk, berbagai cemilan manis, bahkan sampai mainan anak-anak. Suasananya sungguh meriah, apalagi saat musim sakura mencapai puncaknya. Bisa dipastikan taman-taman akan penuh dengan orang-orang yang datang untuk hanami.

Hmmmp… saat ini warga Jepang sempat ga ya menikmati indahnya sakura di saat mereka tengah bertarung mengatasi ancaman radiasi pasca gempa dan tsunami beberapa waktu lalu???!!!!
Selengkapnya...

rin_iffah



Bahasa Jepang termasuk dalam rumpun bahasa Ural Alta, namun dalam perkembangannya tidak menunjukkan hubungan yang nampak secara langsung dengan rumpun bahasa Ural – Alta seperti korea dan Mongolia.

Secara umum, masyarakat Jepang sangat terkesan dan amat menghargai foreigner yang mempelajari bahasa ibu mereka terlebih lagi jika kita mengungkapkannya dalam percakapan sehari-hari meskipun dengan logat atau intonasi yang salah. Ada beberapa hal unik yang saya catat dari bahasa yang satu ini, di antaranya :

1. Penulisan kata dalam bahasa Jepang bisa menggunakan empat jenis huruf yaitu :

· HIRAGANA; biasa untuk bahasa Jepang asli yang tidak ada huruf kanjinya. Tulisan hiragana mewakili satu suku kata

· KATAKANA; untuk kata-kata yang berasal dari bahasa asing, yang mana kata-kata dari bahasa asing tersebut telah diadaptasikan ke dalam bahasa Jepang

· KANJI; diambil dari tulisan cina dan menjdai ideogram dasar yang masing-masing karakternya mewakili satu suku kata atau satu ide. jumlah karakter Kanji yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari saja dikatakan berjumlah sekitar 2,000 huruf.

· ROMAJI; huruf latin. Kalo yang paling mudah sih tulisan dengan romaji karena mudah dibaca, tapi itu jarang ditemukan kalo kita berada di Jepang. Penulisan dalam romaji biasanya hanya untuk memudahkan para pemula buat belajar nihon-go.

2. Jika bahasa Indonesia maupun bahasa asing lainnya kebanyakan menggunakan pola Subyek-Predikat-Obyek dalam penyusunan kalimat, maka sebaliknya bahasa Jepang lebih sering menggunakan pola Subyek-Obyek-Predikat. Misalnya :

Saya Minum Teh : Watashi wa ocha o nomimasu

S P O S O P

3. Bahasa Jepang mudah diucapkan karena hanya terdiri atas 5 bunyi; a, i, u, e, o. Dan tidak ada akhiran huruf mati dalam bahasa Jepang kecuali huruf n. Oleh karenanya kebanyakan bahasa serapan dari luar Jepang yang berakhiran huruf mati bakalan dirubah sesuai dengan kaidah pengucapan orang Jepang.

Misalnya : Ice cream = aisukuriimu, pasport = pasupoto, computer =kompyuta, pineapple = painappuru

Contoh kalimat :

A : Ohayoo gozaimasu wa Eigo de nanto iimasuka

(Ohayoo gozaimasu dalam bahasa Inggris disebut apa?)

B : Ohayoo gozaimasu wa Eigo de GUDDOMOONINGU to iimasu

(Ohayoo gozaimasu dalam bahasa Inggris disebut GUDDOMONINGU)

Oh ya, orang Jepang sulit mengucapkan huruf L, jadi Assalaamualaikum biasa disebut Assaraamuaraikum, atau coca-cola = kora-kora

4. Kata benda dalam bahasa jepang pada umumnya tidak mempunyai bentuk jamak, jadi jika kita menunjuk pada satu televisi (terebi) akan sama dengan menunjuk televisi yang lebih dari satu, biasanya untuk membedakan televisi yang banyak terdapat kalimat percakapan selanjutnya seperti televisi yang mana atau televisi yang seperti apa. Kata jamak dalam bahasa indonesia dapat kita bentuk dengan mengulang kata tersebut seperti pohon-pohon, buah-buahan.


5. Untuk menyambung kata atau kalimat digunakan partikel, terdapat berbagai jenis partikel dalam bahasa jepang, penggunaan pertikel tersebut disesuaikan dengan fungsi dari kata yang akan disambung, sebagai contoh, partikel no biasa digunakan untuk menyambung kata benda dengan kata benda

Contoh : Masakan Jepang : Nihon no ryori

Buku Saya : watashi no hon

Nama Saya Syifaa : Watashi no namae wa Syifaa desu

Wa dan no hanya sebagian contoh partikel dari begitu banyak partikel yang ada dalam bahasa Jepang.


6. Dalam bahasa Jepang terdapat kalimat dalam bentuk biasa dan bentuk sopan. Kedua bentuk tersebut berbeda penggunaannya. Bentuk sopan biasa dipakai saat berbicara dengan atasan atau dengan orang yang lebih dihormati. Sedangkan bentuk biasa diucapkan kepada teman.


Kamu bentuk biasanya : kimi sedangkan bentuk sopannya : anata wa

Ahmad panggilan biasanya : Ahmad kun sedangkan bentuk sopannya : ahmad san

Sedikit catatan; penggunaan kata san sangat penting dalam percakapan bahasa Jepang, karena dianggap tidak sopan ketika kita memanggil mereka dengan nama saja.


Untuk sementara segitu dulu yah. insyaAllah kesempatan lain ta bahas tentang greetings sekalian kosakata yang sering diucapkan sehari-hari. Mata aimashou!
Selengkapnya...