rin_iffah


27 Desember 2008, beberapa hari sebelum tahun baru Islam, puncak keberingasan Israel dipertunjukan. Gaza yang selama kurang lebih 2 tahun menjadi penjara terbesar di dunia setelah jalur ini diblokade oleh zionis Israel hari itu hancur lebur. Penduduk yang hampir dua tahun dilanda kelaparan ini (bahkan demi mempertahankan hidup, mereka rela memakan rumput yang lebih pantas dimakan oleh binatang)dibombardir selama dua pekan. Ibarat menangkap tikus, lalu membiarkannya kelaparan berhari-hari setelah itu dibakar hidup-hidup. Manusia jenis apakah yang tega melakukan semua itu ???

Kejadian ini tidak bisa dikatakan sebagai sebuah perang. Karena perang lahir dari pasukan yang seimbang kekuatannya. Namun jika satu pasukan memiliki begitu besar kekuatan menyerang, sedang yang lain tak berdaya,maka sungguh ini tak adil disebut PERANG tetapi lebih pantas disebut PEMBANTAIAN. Yah, pembantaian yang terjadi atas negeri Palestina. Negeri yang oleh kaum kafir zionis ingin dilenyapkan dari peta dunia.
Dahsyatnya lagi, sasaran kesadisan zionis ini ditujukan pada anak-anak Palestina. Dengarlah perkataan juru bicara militer Zionis, Nachman Abramovic yang menganjurkan agar masyarakat dunia tidak tertipu dengan banyaknya korban anak-anak, karena menurutnya mereka juga adalah teroris.”Mereka mungkin terlihat masih sangat muda untuk saya dan anda. Tetapi, orang-orang ini adalah teroris yang sesungguhnya. Jangan melihat wajah mereka yang kelihatannya seperti tidak bersalah, cobalah berpikir, mereka ini adalah ‘iblis’ di masa depan, dan dapat dipastikan orang-orang ini akan tumbuh menjadi ‘teroris’ yang jahat, jika kita tidak boleh membunuh mereka”
Kekhawatiran kaum zionis ini cukup beralasan. Sebulan sebelum serangan, pemimpin HAMAS melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafal Al-Qur’an 30 juz. Anak-anak inilah yang menjadi sumber ketakutan terbesar zionis. Sekitar 500 anak-anak penghafal al_Qur’an menjadi syahid selama dua pekan agresi zionis. Mereka paham betul bahwa keberadaan para penghafal cilik ini suatu saat akan menjadi sumber kekuatan terbesar kaum muslimin Palestina dalam berjuang mempertahankan negara mereka. siapapun akan teriris hatinya setiap mendengar kabar dari negeri para nabi ini terutama yang menimpa anak-anak, wanita dan orang tuanya.
Dalam perjalanan misi kemanusiaannyake Gaza, dr Jose Rizal dari MER-C menceritakan pengalamannya; “ Pasien pertama yang saya tangani di meja operasi adalah seorang anak berusia 9 tahun, terkena bom. Usia ketika mereka asyik bermain, penuh canda tawa dan kepolosan. Usia ketika Allah jamin syurgaNya. Tapi mengapa ia justru menjadi korban para penjajah. Ternyata Allah lebih memilihnya menjadi bidadari di surga, pelayan para kaum mukminin, kaum orang-orang yang khusyu’. Daging pada bagian bokongnya hingga betis tercabik-cabik, hancur. Ya Rabbi. Masih tergambar wajah bocah itu di dalam pikiran saya. Membuat jiwa ini bergolak dan berjanji akan memberikan pertolongan semaksimal mungkin dari yang kami mampu. Di telinga saya masih terngiang, di tengah kesakitan yang luar biasa dari bibir mereka yang keluar adalah kalimat Thayyibah. Hafalan al-qur’an terus menerus diulangnya. Bayangkan saja kaki mereka terus menerus mengeluarkan darah, tubuh mereka terkoyak seperti... ah, rasanya tidak dapat saya gambarkan. Tetapi yang jelas mereka hanya meraung kesakitan dengan lafal surat ar-Rahman, at-Taubah dan banyak hafalan-hafalan lainnya. Lafal tersebut kiranya mereka hafalkan di tengah posisi mereka yang tidak menentu. Duhai, siapa yang mendidik mereka menjadi pribadi tangguh, pribadi unggul, menjadi generasi rabbani? Dengan azzam yang kuat mereka memposisikan diri menjadi pribadi yang hanya takut kepada Allah Ta’ala, Allah Rabbul Izzati”.
Lantas apa yang telah kita lakukan untuk saudara kita di Gaza??? Ah paling tidak kita masih sempat mengirimkan doa untuk mereka di tiap sujud panjang kita. Kita masih tetap rindu dan berlinang mendengar kabar mereka. Dan kita masih bersedia untuk tidak membelanjakan uang kita kepada orang-orang yang dengan uang itu dipakai untuk menyumbangkan satu butir peluru buat merobek-robek tubuh saudara kita di Palestina. Duuh, ternyata tanpa sadar kitalah yang membunuh mereka dengan tangan-tangan kita sendiri.
Selengkapnya...