rin_iffah


Mengapa kita menguap? Saat bosan atau merasa kelelahan, seseorang biasanya akan menguap. Beberapa ahli menjelaskan bahwa menguap dapat membantu merangsang dan membangkitkan tubuh di saat ada peringatan untuk berjaga atau wasapada. Olehnya mengapa orang yang menyetir di larut malam lebih sering menguap.


Sebuah percobaan di Italia merekam bayi-bayi prematur dalam unit perawatan Insentif (PICU). Mereka menemukan bahwa bayi-bayi ini menguap sebelum dan setelah bangun tidur. Para ahli menyimpulkan bahwa menguap mengindikasikan perubahan rangsangan dalam tubuh seperti perubahan dari tidur ke bangun.

Ternyata menguap bukanlah reaksi tubuh untuk meningkatkan pasokan oksigen, sebagaimana yang terjadi pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa psikologi salah satu universitas di Amerika dimana subjek penelitian tidak hanya menguap di ruangan yang kekurangan oksigen, tetapi juga di ruangan yang banyak mengandung oksigen.

Terdapat hubungan antara menguap dengan beberapa penyakit tertentu, meskipun belum diketahui dengan jelas penyebabnya. Menguap secara berlebihan dikaitkan dengan penyakityang terutama berhubungan dengan otak, semacam epilepsi dan skeloris multipel. Sebaliknya, penderita skizofrenia sangat jarang menguap.

Menguap jelas menular. Bahkan ketika kita membaca, mendengar, atau berpikir tentang menguap bisa menyebabkan kita menguap dengan sendirinya. Beberapa ahli berpendapat bahwa menguap mungkin telah berkembang sebagai cara berkomunikasi. Sebagai contoh, menguap menjadi cara memberi tanda kepada orang lain bahwa sikap waspada dan tetap awas dalam situasi tertentu diperlukan.

Teori lain menyebutkan bahwa kita menguap ketika melihat orang lain menguap. Hal ini terjadi karena nenek moyang kita menggunakannya sebagai bagian perilaku sosial mereka, dan sebagai cara untuk membuat ikatan dengan anggota kelompok yang lain. Ketika salah satu dari mereka menguap, itu menandakan saatnya tidur, jadi anggota kelompok yang lain mungkin menguap untuk menunjukkan persetujuan mereka. Bayi tidak menyadari tanda ini, dan oleh sebab itu bayi tidak ditulari menguap hingga berusia sekitar satu tahun.

Sumber : buku ‘Why Is yawning Contagious’; Francesca Gould

Selengkapnya...

rin_iffah

Sudah hampir sebulan saya berada dalam lingkungan kerja baru setelah sebelumnya berada di ruang perawatan interna wanita dan ruang anak. Peraturan baru rumah sakit lah yang membuat kami _dokter umum_ harus mengecap rasa yang berbeda di tiap SMF (Staf Medis Fungsional) di rumah sakit daerah ini tiap tiga bulan. Tidak sekedar berkutat dengan pasien kegawat daruratan yang sering dijumpai di IGD, tidak sekedar mendiagnosa awal pasien-pasien di IGD tapi kami juga dituntut untuk turut melewati hari bersama para pesakit di ruang perawatan, mengikuti perjalanan penyembuhan penyakit yang mereka derita bahkan turut menjadi saksi ketakberdayaan kami melawan takdir yang Kuasa dimana kami harus terbiasa menyaksikan mereka meregang nyawa di depan mata sementara kami tak kuasa berkata.


Berada di SMF neurologi atau lebih dikenal dengan ruang perawatan saraf, ada sentuhan lain yang saya rasakan. Di sini, saya tak sekedar berperan sebagai seorang dokter umum yang membantu tugas dokter spesialis saraf; visite bersama perawat, visite ke dua kalinya bersama dokter spesialis saraf, visite lagi bersama dokter spesialis lain jika ada pasien rawat sama, nulis resep, menerima keluhan dan pulang begitu semua pekerjaan tuntas sebagaimana halnya ketika bertugas di beberapa SMF sebelumnya. Tetapi di sini, ada amanah baru yang kini saya jalani sebagai bentuk tanggung jawab yang lain, bukan sebagai seorang dokter tetapi sebagai seorang muslimah yang telah berislam semenjak lahir, muslimah yang telah diberikan kesempatan mengecap ilmu syar’i yang saya yakini kebenarannya. Dan inilah jawaban atas do’a saya, mewarnai mereka yang berada di sekitar saya (terutama di lingkungan rumah sakit ini) dengan ilmu ad dien sesuai pemahaman yang benar.

Rasa syukur tak hentinya saya panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah menitipkan amanah ini lewat lisan kepala SMF yang juga seorang dokter spesialis saraf. Amanah untuk membimbing belajar baca tulis al-qur’an kepada beberapa pegawai rumah sakit yang muallaf. Belajar dilakukan setelah visite pasien dan menyelesaikan tugas-tugas lainnya di ruangan. Awalnya saya berpikir bukanlah hal yang sulit untuk membimbing mereka membaca al-qur’an karena usia mereka yang jauh lebih matang dibanding usia saya dahulu ketika pertama kali belajar membaca al-qur’an. Tapi ternyata saya keliru, Meskipun Di antara mereka ada yang sudah 5 tahun ber islam, ada yang hampir 10 tahun, bahkan ada yang sudah lebih dari 20 tahun mengikrarkan syahadatain, namun ternyata tak satupun dari mereka kuasa melafalkan a ba ta tsa.... subhanallaah... maka bersyukurlah atas ni’mat Islam yang Allah anugerahkan kepada kita. Ni’mat bisa membaca al-qur’an dengan baik dan benar meskipun harus diiringi pukulan dari kedua orang tua kita di saat kecil dulu. Dekap ni’mat itu sekuat kita berusaha mendekap cita tertinggi kita.

Hampir Sebulan berlalu, dan penantian dalam sabar perlahan mulai menampakkan hasilnya. mereka akhirnya mampu menaklukkan huruf-huruf yang awalnya asing, merangkainya dengan lisan yang tertatih tentunya Atas izin Allah kemudian usaha dan azzam mereka yang begitu kuat, walhamdulillah. Saya mencoba menyemangati mereka dengan hadis Rasulullah tentang pahala berlipat atas usaha mereka di atas bacaan terbata-bata, satu pahala untuk bacaan alqur’annya dan 1 pahala lagi untuk kerja keras mereka, insya Allah. Saya tak kuasa menahan haru ketika salah seorang di antara mereka berujar bahwa ia akan dengan bangga menunjukkan bacaannya kepada anaknya, menunjukkan bahwa ia selaku orang tua meskipun adalah seorang muallaf juga mampu membaca al-qur’an dengan baik dan benar.

Berita tentang majelis baca tulis al-qur’an kami menjalar begitu cepat. Kepala perawat di ruangan VIP meminta kesediaan saya untuk membimbing mereka belajar membaca al-qur’an dengan benar. Mereka tanpa malu mengungkapkan betapa mereka meskipun sudah ber-islam semenjak lahir, membaca al-qur’an pun masih terbata. Bahkan ada seorang perawat yang dengan semangat menyampaikan mimpinya; “dok, siapa tau setelah kami bisa membaca al-qur’an dengan baik kami juga bisa mengajarkan ke perawat yang lain sampai nantinya kita bisa bikin majelis ta’lim Rumah Sakit, biar nanit kalo pas ada acara aqiqah anak-anak kita, kita semua yang nanti datang buat ngaji, baca yasin.....” subhanallaah, meskipun ada muatan yang keliru dari mimpi sederhananya, tetapi saya begitu terkesan.... belum tentu kami yang telah lama mengkaji begitu banyak kitab-kitab para ulama, yang telah menghabiskan waktu duduk berjam-jam bersama para thalabul ‘ilm, yang secara sulukiyah maupun fikriyah dikenal sebagai orang yang paham akan ilmu addiin, terpikir untuk memiliki mimpi ini. Mimpi untuk berbagi kebaikan bersama orang-orang di sekitar kita, mimpi untuk merangkul saudari-saudari kita bersama ke jannahNya. Ah, jangan sampai justru langkah kita terhalang ke pintu surga karena tertahan oleh aduan mereka kepada Allah, mengadu atas ketakpedulian kita terhadap ketidakpahaman mereka akan agama ini yang membuat mereka ingin di seret bersama kita ke neraka. Wal yaudzu billah...
Maka gemuruhlah ruang perawatan saraf dengan lantunan ayat-ayat Allah... walau tertatih, walau berpayah... kalimat-kalimat itu menggema ke sudut-sudut ruangan menyusupi hati tiap perindu hidayah... dan semoga hidayah ini kan terus menjalar menyentuh tiap hati yang masih tertutupi kabut kejahilan....

-di penghujung kebersamaan with neurology crew-
Selengkapnya...

rin_iffah


Masih dari buku Inspiring Words for Writers nya Ustadz Mohammad fauzil Adhim, kita lanjutkan kata-kata inspirasinya, check this out:

1. Sesungguhnya di antara bayan (untaian kata) adalah sihir (HR. Bukhari)

2. Kata-kata tidak bermakna. Manusialah yang memberi makna. Tetapi kata dapat mengubah jiwa manusia. Dan sesungguhnya, pada jiwa yang berubah, terletak perubahan yang niscaya bagi dunia dan kehidupan. Karenanya, hidupkanlah jiwamu setiap kali mengalirkan kata sehingga tiap goresan pena akan memiliki ruh

3. Cermatlah memilih kata karena ia dapat mengubah kegembiraan menjadi genangan air mata, atau menghapus kesedihan menjadi senyuman bahagia

4. Berawal dari kata, peristiwa besar bisa terjadi. Berawal dari kata, perubahan-perubahan mengejutkan bisa mengguncang hati. Berawal dari kata pula, seorang yang keras bisa lunak hatinya. Sebaliknya, orang baik-baik bisa berubah menjadi orang yang rusak karena mendengar, mencerna atau membaca tulisan yang merusak hati dan pikiran

5. Negara Yahudi Raya yang bernama Israel barangkali tidak akan pernah ada seandainya seorang Benyamin Se’eb alias Theodore Herzl tidak menulis sebuah buku tipis bertajuk Der Judenstaat (the Jevist State). Bersama karya fiksinya yang berjudul Altneuland (Old New Land), buku ini menginspirasi jutaan orang Yahudi untuk bergerak mendirikan negara Israel dengan merampas hak-hak orang Palestina. Hari ini, ketika hampir seluruh hajat hidup kita dikuasai oleh Yahudi, masihkah engkau sibuk bergenit-genit menulis hanya untuk mendapat tepuk tangan? Sudah saatnya menulis untuk perubahan!!!

6. Setiap tetes tinta seorang penulis adalah darah bagi perubahan peradaban. Karenanya, perhatikanlah bagaimana ujung penamu bergerak

7. Sesungguhnya pengetahuan melahirkan keteraturan berbahasa, sedangkan kuatnya tujuan membangkitkan ketajaman kata

8. Bukan kecerdasan yang membuat seorang penulis menjadi besar. Kehausan pada ilmulah yang membuat setiap goresan pena menjadi penuh makna

9. Kalau tidak yakin dengan apa yang engkau tulis, bagaimana mungkin engkau menggerakkan orang yang membaca untuk bertindak?

10. Aku tidak melihat mata pisau yang lebih tajam melebihi goresan pena seorang penulis. Maka perhatikanlah ke arah mana ujung penamu membawa gejolak perubahan

11. Sebuah goresan pena tajamnya bisa melebihi seribu pedang

12. Kata-kata bijak membuat dunia terasa luas

13. Menulis bukanlah bermain kata-kata. Susunan kalimat yang indah bisa sangat membosankan kalau tidak memiliki makna yang kuat

14. Kata itu pedang. Lincahnya menggunakan karena biasa, runcingnya ujung karena terasah, tajamnya ayunan di setiap sisi karena ilmu dan hidupnya jiwa

15. Orang bilang kata ‘engkau’ lebih kasar dibanding ‘anda’. ‘aku’ terkesan sombong. Sementara kata ‘saya’ dianggap lebih netral. Tetapi benarkah demikian? Tidak. Sangat tergantung pada bagaimana merangkainya dengan kata-kata lain. Buku saya yang alhamdulillah mendapat sambutan luar biasa dari pembaca, judulnya Kupinang Engkau dengan Hamdalah. Apa yang terjadi jika saya ganti dengan “Saya Pinang Anda Dengan Hamdalah?” Kesan mesra, romantis dan penuh rindu, hilang seketika. Apalagi kalau diganti menjadi “Saya Meminang Saudara Dengan Ucapan Alhamdulillahi Rabbil Alamin”. Kesannya persis rapat dinas pejabat pemerintah.

16. Ambillah beberapa judul buku dan cobalah ganti satu atau dua kata yang dipakai dengan kata-kata yang semakna. Sesudah itu, rasakan bedanya. Ambillah beberapa kalimat di media massa, sesudah itu utak-atik kalimatnya dengan tetap menjaga maknanya. Dan.... rasakan bedanya. Buatlah beberapa kalimat ringkas. Tiap-tiap kalimat, ubah dalam beberapa versi. Temukan kekuatan masing-masing.

17. Baca karya besar yang berpengaruh dan tuliskan kembali seperti gaya penulis tersebut. Ulangi dan ulangi lagi. Bacalah karya penulis yang sama, dan sekali lagi menulislah dengan gayanya. Sesudah itu, ambillah karya besar lainnya dan lakukan proses yang sama.

18. Tuliskan kata-kata milikmu dan rasakanlah! Tajamkan penamu dan runcingkan ujungnya. Dan hitunglah kekuatan setiap kata yang engkau goreskan. Lihat beda tiap-tiap kata disebabkan cara menempatkannya maupun tingkat rasanya.

Masih bersambung, insyaAllah
Selengkapnya...