Peserta Jelajah Pusaka Ternate saat menyimak penjelasan dari Ka Maulana di Sigi Lamo |
Ternate Heritage Trail atau Jelajah Pusaka Ternate adalah salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Ternate Heritage Society (THS) dengan maksud untuk memperkenalkan kembali pusaka/warisan budaya Ternate kepada masyarakat terutama generasi muda melalui kegiatan jalan kaki sambil mengenal sejarah dan kondisi terkini pusaka Ternate. Jelajah Pusaka Ternate kali ini dimulai dengan menikmati suasana matahari terbit dari Dodoku Mari (saat ini dikenal sebagai dodoku ali), menyusuri Sunyie Lamo dan Sunyie Ici , menyaksikan eksistensi kesultanan Ternate lewat kadaton yang dibangun sejak abad ke-18, merekam jejak-jejak islam di Ternate lewat Sigi Lamo (masjid sultan) yang menyatu indah dengan tradisi dan budaya masyarakat Ternate meski tradisi dan budaya ini masih menjadi perihal tabu untuk dibagikan secara luas kepada masyarakat Ternate di luar kesultanan. Peserta jelajah juga menyempatkan diri mengunjungi salah satu Kadato Ici yang pernah menjadi tempat tinggal seorang ilmuwan penulis surat fenomenal ‘Letter from Ternate’ dan penemu burung bidadari Halmahera; Alfred Russel Wallace.
Di akhir kegiatan jelajah, peserta yang berasal dari berbagai disiplin ilmu ini dikumpulkan di Sunyie Lamo. Oleh ka Maulana, para peserta diminta untuk menghadapkan wajah sejenak ke barat, ke arah kadaton sultan Ternate yang berdiri kokoh di atas bukit yang dikenal dengan sebutan Kaimaja dengan gunung Gamalama sebagai latar yang sebagian besar penduduk meyakini bahwa kadaton sultan Ternate adalah perwujudan dari titisan kayangan di bumi. “Kadaton Sultan Ternate adalah simbol keberadaan dan kejayaan Islam masa lalu di Ternate. Bahkan sejarah mencatat puncak kejayaan Islam Ternate berada pada masa kepemimpinan Sultan Baabullah yang terkenal dengan julukan penguasa 72 pulau. Penerapan syariat Islam oleh kesultanan juga terlihat dari prasasti tulisan arab melayu yang terukir indah di pintu balkon kadaton; 'Gedung ini adalah tempat orang-orang tertinggi dan termulia yaitu tempat bersemayam sultan-sultan yang digelarkan di atas pundaknya beliau-beliau itu sirajul quluub cahaya hati. Sultan-sultan Islam yang digelarkan menurut adat istiadat Iskandar Dzulkarnain keturunan sultan-sultan yang adil bahkan shaleh yaitu sultan Muhammad Ali ibn Sultan Sirajurrahman beserta menteri-menterinya dan semua orang besar bermusyawarah mencari suatu tempat yang layaknya untuk mendirikan Kedaton sebagai tanda kenang-kenangan bagi keturunan beliau yang menjadi Sultan pada akhir zaman...'” Tutup ka Maulana yang diikuti tatapan penuh perhatian dari seluruh peserta. Jelajah pusaka yang berlangsung sekitar 4 jam ini berakhir dengan menikmati sepiring nasi kuning dan pecel pisang khas Ternate di sebuah warung makan sederhana di pertigaan Sunyie Lamo. Peserta mengaku banyak mendapatkan ilmu dari jelajah pusaka kali ini. Bahkan mereka tak sabar menanti kegiatan jelajah pusaka berikutnya.