rin_iffah


Tulisan ini sebagai hadiah bwt sahabatku yang tgl 24 kemarin meniti tangga ¼ abad usianya. Mudah-mudahan sedihmu terobati meskipun tak ada rangkaian bunga atau sekedar kata-kata penghibur jiwa dari sahabatmu ini.

Tak ada yang terlupakan, tapi sengaja dilewatkan agar momen itu bisa dimaknai dengan lebih dewasa. sebeNarnya ada momen yang lebih kutunggu2, yaitu saat kau berkirim kabaR bahwa ada yang tLah berhasil menjadikanmu bidadari lewat ikatan suci ‘peRnikahan’ (Senantiasa kudoakan berharap doanya bisa kembali buatku juga ^_*).Juga buat yang berUltah di bulan ini, sebelumnya dan akan datang. Mudah-mudahan tulisan ini bisa menjadi kado terindah (BerHarapnya seeh……^_^)

Setiap memasuki hari pergantian usia, kebahagiaan yang terbesar pada hampir setiap orang yaitu ketika mendapat ucapan selamat entah lewat kata-kata ataukah sekedar bingkisan penanda rasa. PERHATIAN, alasan yang cukup manusiawi yang siapapun pasti berharap meraihnya. Tapi coba tilik dari sudut pandang berbeda. Pernahkah kita berpikir akan tersinggung ketika ucapan selamat, bingkisan atau doa terkirim hanya pada saat dimana usia kita justru secara maknawi berkurang??? Ucapan sebatas seremonial yang berakhir dengan kompensasi lain “ jangan lupa traktiran-nya yah”.

Pertanyaannya, apa yang istimewa dari sepotong momentum bernama birthday??? okeLah ketika momentum itu menjadi fase dimana kita mencoba untuk kembali mengambil ibrah (pelajaran-red) dari berkurangnya jatah hidup di dunia, atau bertambahnya keriput di wajah dan helai-demi helai uban yang menjadi petanda dekatnya kita dengan hari terakhir kita menghirup udara kehidupan serta semakin besarnya tanggung jawab yang harus kita tunaikan, sayang jika ibrah itu hanya ditarik pada suatu momentum saja. Karena sungguh, hidup ini jauh lebih kaya, tak pantas dibatasi oleh perayaan sesaat.

Coba kita lirik berjuta momen yang bisa kita maknai dalam tiap gerak hidup kita.
Pagi yang menyapa dalam hangatnya adalah momentum. Saat kita memulai hari baru adakah ini akan kita isi dengan kebajikan ataukah dengan kekerdilan?
Siang yang terik adalah momentum. Saat tepat kita mendinginkan diri melalui terminal pertama ibadah siang. Ada jeda untuk mengisi ulang spirit.
Saat petang menjelang adalah momentum. Ketika kita mencoba mengakhiri penat. Bertanya kita pada jiwa, adakah hari ini kita telah berkarya.
Malam yang sunyi adalah momentum, saat kita merunduk dalam diam. Bertanya pada batin yang jujur, apakah hari ini telah kita lewati tangga-tangga menuju kebaikan hidup?

Sekali lagi, tulisan ini tak bermaksud menyinggung siapapun yang sedang menikmati momen bernama ‘ulang tahun’. Tapi mudah-mudahan Qta mampu memaknai momentum itu dengan arif. Setiap kali kita melewati sepenggal waktu dan sepotong masa, ketahuilah bahwa ia akan senantiasa meminta haknya.

Hari inilah saat yang sesungguhnya karena kemarin tidak mungkin datang lagi (kRn hidup tak mengenal siaRan tunda). Sedang esok?? Masih sangat gelap dan tidak pernah bisa kita duga. Memaknai hidup seluruhnya sebagai momentum adalah ruh dari kemengertian kita tentang arti kerugian... maka rugilah yang tak mau dan tak berani untuk mencari makna dari tiap pergantian hari-harinya....

Saatnya maknai setiap momentum sebagai hidup, yang teRus bergerak....
Share

0 Responses

Posting Komentar