Keith : “Kita tidak Bisa menilai buku dari sampulnya”
Watts : “Ya, tapi dari sampul kita bisa menilai berapa harganya”
(Some Kind of Wonderful)
Tulisan ini saya angkat dari sebuah buku berjudul KOPI MERAH PUTIH Obrolan Pahit Manis Indonesia oleh Indonesia Anonymous (tidak bermaksud promosi buku. Tapi tak apalah jika bukunya bisa mencerahkan!!). Sub-judul sebenarnya yaitu Kita, Jas dan Dasi, tapi sengaja saya gantikan dengan judul di atas biar lebih keren. Sebagian tulisan sengaja ‘dikebiri’ dan sedikit dimodifikasi (maaf ya mas2&mba2 dari Indonesia Anonymous juga yang pernah baca buku ini) biar bisa muat opini saya juga (He...he...)
Pernah dengar fenomena Warren Harding error? Namanya diambil dari Warren Harding yang pada tahun 1920 mencalonkan diri sebagai presiden Amerika Serikat. Walaupun program-program yang ia kampanyekan tidak jelas, ia tetap terpilih sebagai presiden karena penampilannya : tinggi, ganteng, dan meyakinkan. Sejak itu proses menilai seseorang hanya berdasarkan penampilan diberi nama Warren Harding error. Proses ini dianggap sebagi cikal bakal prasangka dan diskriminasi.
Untuk membuktikan bahwa diskriminasi berdasarkan penampilan ini nyata, mereka yang termasuk dalam team Indonesia Anonymous mencoba membuat sebuah eksperimen sederhana dan kecil-kecilan dengan biaya yang tidak terlalu mahal; 1.780.000 (harga sepasang jas untuk relawan ^_^)
Mereka meminta seorang relawan untuk masuk ke gedung-gedung sepanjang jalan Sudirman dan Thamrin (10 gedung) dengan dua penampilan berbeda. Pertama, ia akan mencoba masuk dengan berpakaian T-shirt, jins, dan sepatu kets. Di eksperimen berikutnya, ia akan mencoba masuk lagi dengan berpakaian jas, dasi dan membawa telpon genggam mahal. Agar lebih menarik, eksperimen dilakukan pada hari Sabtu saat gedung-gedung tersebut sepi. Alasannya biar si relawan dengan mudah dilihat oleh satpam sebagai objek eksperimen. Relawannya adalah seorang supir pribadi dari rekan mereka. dan untuk berjaga-jaga si relawan dilengkapi dengan nama-nama kantor yang memang ada di tiap gedung yang akan ia masuki berikut contact person-nya. Bila ada petugas satpam yang bertanya, ia akan dapat menyebutkan lantai berapa, kantor apa dan siapa nama orang yang hendak ia kunjungi.
Berikut hasilnya :
Di hari sabtu pertama, si relawan memasuki 10 gedung yang telah ditentukan dengan berpakaian T-shirt, jins, dan sepatu kets. Dari sepuluh kunjungan tersebut, si relawan :
Tidak dipedulikan petugas satpam : 1 KALI
Dihentikan dan ditanya mau kemana dan kemudian diperbolehkan pergi tanpa meninggalkan KTP : 3 KALI
Dihentikan, ditanya mau kemana, dan diminta meninggalkan KTP sebelum diperbolehkan pergi : 4 KALI
Diminta untuk meninggalkan gedung 2 KALI
Dia diusir 2 kali!!! Walaupun sudah menyebutkan nama kantor dan nama orang yang hendak ditemui, ia tetap disuruh pergi. “Kantornya tutup. Keluar kamu!”
Eksperimen bagian pertama selesai. Agar tidak terlalu mencolok, ditunggu sampai hari sabtu berikutnya untuk melaksanakan bagian kedua. Juga agar petugas satpam tidak mengenal wajah relawan.
Sabtu berikutnya, si relawan didandani dengan kemeja putih, jas, dan dasi. Sepatu hitam mengkilat. Telepon genggam di tangan. Meyakinkan sekali.
Dan hasilnya? Dari sepuluh kunjungan, si relawan :
Tidak dipedulikan oleh satpam : 9 KALI
Dihentikan, ditanya mau kemana,kemudian diperbolehkan pergi tanpa meninggalkan KTP : 1 KALI
Dihentikan, ditanya mau kemana, dan diminta meninggalkan KTP sebelum diperbolehkan pergi : 0 KALI
Diminta untuk meninggalkan gedung: 0 KALI
Yap, ia dihentikan satpam satu kali. Tapi itupun karena petugas satpam tersebut hendak membantu memanggilkan lift. Ketika lift datang, si petugas bahkan menahan pintu lift agar tetap terbuka dan menyilahkan relawan masuk.
Setelah menjalankan eksperimen di atas, mereka berkesimpulan : hanya sebegitukah yang kita perlukan agar dihormati orang lain? Jas, dasi, dan telpon genggam mahal? Itukah sebabnya kita bekerja mati-matian mengejar gaji yang lebih besar dan lebih besar lagi? Itukah sebabnya kita memilih merek tertentu ketika membeli mobil? Itukah sebabnya kita memilih daerah tertentu ketika membeli rumah? Supaya kita dihormati? Sebegitu murahkah kehormatan sehingga bisa dibeli seharga satu stel jas?
Pendapat pribadi (He...he...) : nih eksperimen bukanlah sebuah eksperimen ilmiah dan tentunya tidak bisa menjadi cerminan seluruh rakyat Indonesia (cie...cie..), apalagi objek/sampelnya adalah satpam tanpa melibatkan setiap strata sosial. Tapi paling tidak ini menunjukkan betapa kita (baca; rakyat Indonesia, karena ini dilakukan di Indonesia) masih terbelenggu oleh fenomena warren harding error. Jangan bilang kalau ada yang tidak pernah menemukan fenomena ini???(marah!!!). saking seringnya dijumpai, ada seorang teman (afwan ukh!!!) yang curhat via status fb-nya: don’t judge the book from the cover. Dan sayangnya saya terpaksa menjawab : thats right sizt.... but d cover shows how much we pay it. Hmp... anggapan ini benar atau benar-benar salah??? Anda yang lebih bisa memberi nilai..... Moga bermanfaat!!!!
Share
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar