rin_iffah

Hari ini, kembali saya belajar dari pasien yang datang memeriksakan diri ke poliklinik obgin. Seorang ibu muda yang sedang hamil tua itu telah mengajarkan saya banyak hal. Tentang perjuangan, kesabaran, harapan dan kekuatan yang tak dimiliki oleh setiap perempuan jika berada pada kondisinya saat ini. Bagaimana tidak, ia harus melewati beratnya mengandung tanpa adanya sosok suami di sampingnya. ""Suami saya bukan sudah meninggal bukan pula saya diceraikan, tapi.... saya memang belum bersuami" Ujarnya pelan ketika saya memintanya memanggil suaminya untuk saya berikan penjelasan terkait kondisi kehamilannya.

Sepintas jika mendengar penuturan ibu ini apa yg terlintas di benak kita?? Rasa jijikkah karena ia belum bersuami tapi sudah hamil duluan? Atau memandangnya sebagai perempuan murahan karena telah hamil tanpa ikatan pernikahan? Paling tidak, kita mungkin akan merasa kasihan dg nasibnya yg malang. Tapi coba dengar penuturan ibu ini selanjutnya.... "Dok, saya memang telah melakukan perbuatan dosa besar yang menyisakan janin di rahim saya yg kini telah hampir memasuki usia sembilan bulan. Bahkan laki2 yang telah saya serahkan semua yang saya miliki termasuk hati pun meninggalkan saya tanpa sepatah kata. Tanpa perasaan bersalah. Tapi... salahkah jika saya ingin menebus semua dosa saya ini dengan tetap mempertahankan malaikat kecil yang Allah utus di dalam rahim saya ini?" Ya Allah... tiba2 terlintas di benak saya berbagai kasus aborsi yang marak terjadi dan beberapa di antaranya pernah saya rawat. Mereka ada yg belum berkeluarga yg malu menanggung aib karena hamil di luar nikah, namun tak sedikit yang sudah berumah tangga namun belum siap memiliki tambahan anak. Ah, perempuan di hadapan saya ini bahkan jauh lebih mulia hatinya dibanding mereka atau bahkan kita yang terlalu banyak berprasangka.... 

"Setiap kali saya merasakan tendangan2 kecil di perut, setiap itupula saya memiliki harapan untuk tetap bertahan. Biarlah setiap rasa sakit yg saya derita selama mengandung, setiap perih yg akan saya alami saat melahirkan nanti, setiap cemoohan orang2 atas kondisi saya yang hamil tanpa adanya suami, setiap luka hati yang telah ditorehkan ayah dari anak yg ada di rahim saya ini... semoga semua itu menjadi penebus kebodohan saya di masa lalu. Semoga dengannya Allah mau mengampuni saya" Lanjutnya sambil menunduk seakan menyesali perbuatan yg pernah dilakukannya. Duuuh, hampir saja saya menangis di depan perempuan ini jika tdk mengingat bahwa saya saat ini sedang menjalankan profesi sebagai seorang dokter. Belum sempat saya berkata2, perempuan tegar di hadapan saya ini melanjutkan kalimatnya "Doakan saya kuat dok, doakan agar saya bisa melewati setiap ujian ini tanpa harus mengeluh atas takdir yang telah Allah berikan kepada saya" Ia menatap mata saya seolah berusaha mencari kekuatan.

Pertahanan saya pun runtuh, saya Tak kuasa menahan haru... mata saya terasa panas oleh air mata yang berusaha saya bendung dari tadi. Bahkan rasa lapar dan bayangan mie ayam jamur spesial dengan siraman saus pedas yang sempat terlintas dipikiran sesaat sebelum pasien terakhir ini masukpun buyar seketika... Saya tak punya simpanan kata2 terbaik untuk ibu ini. Saya kemudian mengelus lembut perut perempuan kuat ini seraya berujar pelan "Semoga Allah menghadirkan sosok anak shaleh/shalehah dari rahim ini yang kelak akan menjadi cahaya bagi ibunya. Semoga dari rahim ini lahir anak berbakti yang akan menjadi tameng bagi ibunya dari api neraka. Semoga selalu dalam penjagaan Allah" 

*Masih dg perasaan haru saat kembali menuliskan kisah ini*
 Ternate, 14 Rabiul Awal 1436 H / 5 Januari 2015
Share

1 Response

Posting Komentar