Masih terekam jelas di benak seluruh penduduk bumi, terkhusus warga Amerika Serikat pada selasa pagi hitam 11 September 2011. Dimana sebuah drama mengerikan dipentaskan di atas langit New York, dan disaksikan langsung oleh miliaran pasang mata lewat stasiun CNN, on location. Banyak yang mengacungkan jempol atas live dalam waktu sepersekian detik yang dilakukan oleh stasiun TV pimpinan Ted Turner, kaisar TV dunia berdarah yahudi. Namun tak sedikit yang mempertanyakan kecepatan mereka menayangkan adegan ini. Dalam waktu yang tak seberapa lama, ‘obor raksasa’ yang menjadi simbol super powernya Amerika ambruk dan rata dengan tanah. Ambruk lurus ke bawah hingga menyelamatkan gedung-gedung yang lebih rendah yang berada di sisi-sisinya. Sebuah kehancuran yang begitu sempurna dan aman. ‘gerbang raksasa’ kota New York tak ada lagi. Musnah dalam hitungan jam. Dan bangsa amerika menangis, mengecam dan mengutuk siapapun pelakunya. Tak tanggung, dengan segera telunjuk Bush langsung diarahkan ke Al-Qaeda yang dianggap paling bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Bahkan secara spontan ia mengeluarkan pernyataan mencengangkan: “perang salib baru telah dimulai”. Sebuah pernyataan yang kemudian diralatnya setelah mendapat teguran dari banyak orang. The New Crusade in Millenium era....
Berbagai teori konspirasi dikemukakan oleh para ahli pasca tragedi ini. Pertanyaan dengan berbagai hipotesa bermunculan, mulai dari mengapa menara WTC 7 yang memiliki 47 lantai dan tidak terkena serangan pesawat juga ikut-ikutan ambruk? Apakah wajar jika menara yang dibangun dengan tinggi 411 meter, luas tiap menara 64 meter dengan kedalaman 21 meter di bawah tanah yang memiliki total berat struktur bangunannya 500.000 ton dan dirancang untuk mampu menahan angin berkecepatan 225 km/jam dapat runtuh seketika dengan satu tumbukan pesawat terbang?? Belum lagi jika ditinjau dari kacamata sistem pertahanan udara AS pun peristiwa ini menimbulkan berbagai kecurigaan, sebab pesawat pembajak sempat terbang keluar jalur dengan amannya di wilayah udara amerika yang paling ketat selama 80 menit. Juga tak luput tentang 4000 karyawan berdarah yahudi yang berkantor di WTC pada hari kejadian jutru bolos serentak.
Apapun kejadiannya, menara WTC telah ambruk rata dengan tanah, peristiwa ini menjadi momentum paling tepat bagi Gedung putih dan Pentagon untuk menabuh genderang perang terhadap kekuatan umat Islam di seluruh dunia. Umat Islam yang menjadi batu penghalang paling keras bagi terciptanya tujuan mereka, The New World Order. Suatu tatanan dunia baru yang dipersiapkan bagi kehadiran kedua kalinya sang Kristus. Yang dipercaya akan memimpin mereka dalam mengalahkan musuh-musuhnya. In the name of Dollar, Oil and God, menuju satu titik: peperangan dan hari akhir.
Presiden Amerika, AS Ronald reagen diyakini merupakan presiden pertama yang memulai suatu tradisi baru dalam protokoler gedung putih dimana kebaktian, seminar keagamaan, dan pertemuan-pertemuan dengan sejumlah tokoh gereja evangelika amerika sering diadakan. Di masa reagenlah paham Zionis-Kristen masuk dalam lingkaran elit pemerintahan amerika. Seluruh kebijakan, terutama kebijakan Amerika di luar negeri khususnya untuk wilayah Timur tengah, sangat kental bernuansa Zionis.
Penerus Reagen, George H.W. Bush, William J Clinton, dan George W. Bush, merupakan orang-orang yang sangat yakin tentang nubuat-nubuat Tuhan seperti yang tercantum di dalam Injil Darby atau Scofield, injil resmi amerika. Menurut keyakinan mereka, abad millenium merupakan zaman akhir dimana suatu ketika akan terjadi Peperangan Besar Terakhir (Armageddon) yang melibatkan seluruh dunia, antara Tuhan melawan Iblis. Kristus akan mengalahkan anti-christ. Dan setelah itu dunia akan menjadi damai dan sejahtera hingga datangnya hari penghabisan.
Sebab itu, dilandasi kepercayaan akan hari akhir seperti yang dinubuatkan dalam injil Darby, para presiden Amerika bekerja dengan sekuat tenaga untuk melapangkan jalan bagi suatu hari dimana akan datang Kristus yang kedua kalinya. Karena menurut kepercayaan mereka Kristus akan turun di Palestina, maka mereka berupaya untuk menguasai Tanah Palestina sepenuhnya dan memberikannya kepada orang-orang Yahudi.
Dalam pandangan Ordo Kabbalah yang kini mengejawantah menjadi kaum Zionis –baik Yahudi maupun pendukungnya-, akhir dunia akan terjadi ketika telah terbentuk the Great Israel yang batas-batas wilayahnya jauh lebih luas ketimbang Tanah Palestina, mencakup tanah Mesir, tanah Saudi Arabia, tanah Irak, tanah Turki, bahkan mencaplok seluruh wilayah Lebanon dan Syiria. The Great Israel kini tengah dibentuk dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat. Suatu ketika, jika tahap pertama cita-cita Kabbalah ini berhasil, maka mereka akan menyatakan bahwa Yerusalem dengan Haikal Sulaimannya merupakan pusat dari agama Kristen sesungguhnya. Jadi mereka akan menggusur kekuasaan Vatikan dan juga Paus, dengan seorang Raja dunia yang diangkat dan diklaim sebagai pewaris darah keturunan Yesus Kristus.
The Second Coming atau Maranatha dalam kacamata Islam terjadi ketika muncul Imam Mahdi yang akan memimpin peperangan terakhir ummat Islam melawan Dajjal dan pengikutnya. Di saat itu juga muncul Nabi Isa alaihissalaam dari menara putih di dekat masjid Damaskus, Syiria yang membenarkan ajaran Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan menyeru kepada kaumnya agar segera bartaubat dari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya. Nabi Isa juga bergabung dalam barisan Imam Mahdi untuk menghancurkan Dajjal. Ini suatu saat pasti terjadi.
Dua tanduk Iblis telah runtuh, dan mereka, kaum Zionis telah mempersiapkan diri menyambut The New World Order. Namun pada akhirnya, umat Islam akan menjadi pemimpin dunia dengan kepemimpinan yang penuh keadilan dan keberkahan, hingga datangnya kiamat.
Wallaahul Musta’an
Sumber: Buku; Fakta Rahasia yang Tak Diungkap The Da Vinci Code, Knights Templar Knights of Christ Konspirasi berbahaya biarawan Sion Jelang Armageddon, Rizki Ridyasmara, Pustaka al Kautsar.
Selengkapnya...