rin_iffah


Beberapa hari yang lalu ba’da menulis status terakhir di facebook dan bbm (blackberry massenger) sebelum memutuskan untuk rehat sesaat, banyak sms yang masuk ke Hp saya hanya sekedar bertanya mau kemana, ada masalah apa, dst... ada yang menduga jika saya lagi mempersiapkan diri buat nikah jadi harus 'off,' ada yang ngasih selamat karena pikirnya saya mau ke Jepang, bahkan ada yang nelpon sambil nangis khawatir sesuatu terjadi pada saya. Maka atas setiap rasa khawatir dan prasangka baik, saya hanya bisa mendoakan kebaikan untuk kalian semua dan semoga terijabah tiap pinta kebaikan...

Menghentikan sejenak aktivitas tak bermakna berpisah atau pergi jauh. Ada saatnya di mana kita butuh rehat, seperti rehatnya Rasulullah dan para sahabatnya dalam shalat. Ada masa di mana kita perlu untuk memulihkan raga, mengumpulkan kembali tenaga setelah seharian berlarian agar langkah serta lompatan berikut bisa lebih jauh ke depan, lebih tinggi. Dan yang pasti ada saatnya di mana perjalanan ini terhenti. Terminal perhentian pertama adalah kehidupan, berikutnya adalah kematian dan sesudah itu adalah perhitungan amal. Di terminal perhentian pertama, kita diberikan kesempatan untuk memilih jalan yang akan kita tempuh. Kita diberikan pilihan untuk mempersiapkan bekal sebanyak mungkin dalam menempuh perjalanan panjang.

Layak kiranya jika di awal bulan Muharram serta penghujung tahun 2011 menjadi momentum untuk meneropong kembali kehidupan di satu tahun yang lalu. Meskipun muhasabah itu tetap berlaku di awal, pertengahan atau di saat mengakhiri hari, atau suatu amalan. Maka di jenak-jenak letih yang menghampiri, sebelum kita rebahkan diri berlabuh ke alam mimpi, cobalah kita bertanya, sejenak saja. Di usia yang beranjak menua, adakah kebaikan yang telah menghiasi lembaran amal kita, ataukah justru tumpukan dosa yang memburamkan tiap pergantian hari di sisa hidup kita.

Ada saatnya kita berhenti sejenak, memangkas mimpi-mimpi dunia kita yang kadang berlari cepat bahwa akan ada ajal yang memenggal tiap mimpi kita, ada kematian yang akan menghentikan tiap ambisi keduniaan kita. Karenanya Rasulullah mengistilahkan kematian dengan ‘pemupus kenikmatan’. “perbanyaklah kalian mengingat-ingat pemupus kenikmatan, yaitu kematian” (HR. Tirmidzi)

Wallaahul musta’an.
Share

0 Responses

Posting Komentar