rin_iffah

Fort Oranje tampak depan

Sebagai kota kecil yang kelilingnya hanya sekitar 42 kilometer, Ternate memiliki jumlah Benteng peninggalan Portugis maupun Belanda yang cukup banyak. Tercatat ada delapan benteng yang masih bertahan, yaitu Tolukko, Kalamata, Kastela, Oranje, Kota Janji, Bebe, Kota Naka, dan Takome. Sebagian hanya tersisa puing-puing yang tak lagi berbentuk layaknya benteng pada umumnya. Namun dalam catatan Belanda setidaknya ada 12 benteng di Ternate, termasuk sebuah benteng dari kayu, yaitu Benteng Kalafusa meski jejaknya tak lagi ditemukan. Pemerintah setempat, dalam upaya menjaga kelestarian benteng-benteng yang memiliki nilai sejarah, dibuatlah revitalisasi benteng yang ada di kota Ternate, salah satunya adalah Fort Oranje. Benteng yang empat abad lalu sempat menjadi titik tersibuk di pulau Ternate ini telah ditata kembali menjadi ruang terbuka publik di pusat kota dengan sebuah taman luas di depan benteng yang di cat berwarna jingga terang, kontras dengan bangunan yang berada di sekelilingnya. Fort Oranje awalnya dikenal sebagai benteng Malayo/Melayu peninggalan Portugis yang berada diperkampungan melayu. Saat Belanda datang  ke Ternate, Sultan Ternate menghadiahkan tanah di kawasan reruntuhan  Benteng Malayo kepada Belanda untuk didirikan benteng yang kemudian dijadikan markas besar VOC di Hindia Belanda sebelum akhirnya dipindahkan ke Batavia
Kanal buatan di taman Fort Oranje

Salah satu bastion fort oranje dengan meriam dan view lanskap kota Ternate

Saat ini, fort Oranje menjadi tempat nongkrong baru bagi penduduk Ternate yang ingin menghabiskan waktu bersama keluarga atau kerabat. Setiap pagi maupun petang, tempat ini tak pernah sepi pengunjung. Sayangnya, sejak diresmikan pada Mei 2015 kemarin taman beserta benteng Oranje belum sepenuhnya dikelola dengan baik oleh pemerintah kota. Museum rempah yang diharapkan menjadi tempat belajar sejarah keemasan Ternate sebagai pusat perdagangan rempah-rempah di masa lalu masih berupa bangunan tak berpenghuni yang terkesan baru . Tak ada aktivitas berarti yang ada di museum ini. Bahkan mungkin pengunjung yang datang ke fort Oranje pun tak mengenali bangunan museum rempah tersebut karena tak ada peta atau petunjuk arah yang jelas. Kebanyakan warga lebih memilih duduk di taman depan benteng atau naik ke atas bastion hanya sekedar berfoto dengan latar pemandangan sekitar.

Suasana taman Fort Oranje di suatu sore

Anak muda yang sedang bermain sepak bola di depan museum rempah dalam area benteng

Fort Oranje masih terus dalam pembenahan. Selaku warga Ternate, kami berharap Fort Oranje tak sekedar menjadi perabot tua yang dihias ala kadarnya hanya untuk menyegarkan mata tapi lebih dari itu ada nilai-nilai sejarah maupun budaya yang bisa kami dapatkan setiap kali berkunjung ke tempat ini. Mungkin akan segera tiba waktu itu. Semoga saja.
Share

1 Response
  1. maulanarch Says:

    Tanah tempat benteng Oranje dibangun bukanlah atas hadiah Sultan sebagaimana tertulis di blog ini. Melainkan atas hasil hasil perjanjian antara pihak Belanda dengan Kesultanan Ternate, yang pada saat itu Sultan Ternate (Sultan Mudaffar I) masih sangat muda. Perjanjian ini sangat kuat politiknya, mengingat Ternate membutuhkan Belanda untuk membantu mengusir Spanyol yang telah menguasai Ibukota Kesultanan (Gamlamo/Kastela) sementara Belanda ternyata lebih cenderung pada kepentingan Perdagangan (Cengkih) nya. Lebih lengkap bisa dibaca di buku: The World of Maluku, oleh Leonard Andaya.baru saja diterjemahkan ke bahasa Indonesia: Dunia Maluku, terbitan Komunitas Bambu.


Posting Komentar