Sudah hampir sepuluh tahun saya bermukim dan melewatkan suasana bulan Ramadhan di Jepang. Sudah kurang lebih sepuluh kali bulan Ramadhan saya lalui sebagai bagian dari 100 ribu muslim di tengah 120 juta penduduk Jepang. Itu berarti sudah selama itu pula saya menjalani kehidupan sebagai seorang muslim minoritas. Pengalaman beribadah dan berdakwah, khususnya suasana bulan Ramadhan sungguh berbeda dengan yang sebelumnya saya alami di negeri sendiri dimana Islam merupakan agama mayoritas.
Perbedaan itu untungnya justru memberikan banyak pelajaran berharga untuk direfleksikan bagi kehidupan beragama di tanah air. Ramadhan di Jepang adalah Ramadhan yang hening. Di malam hari kita tak mendengar peningkatan volume keriuhan suara karena ada tambahan suara dari masjid-masjid. Pun tak ada suara dari ritual membangunkan orang untuk sahur. Setiap orang mengatur sendiri waktu sholat, sahur, atau berbuka puasa berdasarkan jadwal sholat yang informasinya dengan mudah diperoleh di Internet.
Kaum muslimin juga tidak mendapat perlindungan khusus dari pemerintah Jepang yang sekuler itu. Tidak ada anjuran untuk menghormati orang yang berpuasa, karena sebagian besar masyarakat Jepang bahkan tidak tahu bahwa kita sedang berpuasa.
Sake (minuman keras) memiliki tempat yang penting dalam budaya dan dunia bisnis Jepang. Karenanya dimanapun kita akan dengan mudah menemukan kedai sake atau bar yang bergaya barat. Di kawasan tertentu tempat-tempat minum hadir dengan wanita/pria penghibur. Jenis hiburan yang disediakan beragam, dari yang sekedar teman minum hingga teman tidur.
Semua tempat minum dan hiburan itu tentu saja tetap berbisnis seperti biasa sepanjang bulan Ramadhan. Tidak ada peraturan yang membuat mereka harus menghentikan bisnis dalam rangka menghormati bulan Ramadhan atau orang-orang yang sedang berpuasa.
Demikianlah, minoritas muslim di Jepang tetap khusyuk menjalankan ibadah selama bulan Ramadhan meski tidak dibuat kondisi khusus untuk itu. Tempat-tempat ibadah berupa masjid dan Islamic centre di beberapa kota tertentu, ruangan kedutaan, kampus, atau ruangan apa saja yang disulap menjadi tempat ibadah sementara dipenuhi hadirin untuk shalat berjamaah, tadarus, atau pengajian. Tidak diperlukan suara hiruk-pikuk untuk membuat orang hadir di tempat ibadah.
Kaum muslimin yang sedang berpuasa tidak merasa terganggu oleh aktivitas makan-minum orang-orang Jpeang di tempat umum. Mereka bahkan tidak merasa terganggu dengan tetap beroperasinya tempat-tempat hiburan malam. Alasannya sederhana, karena keseharian mereka memang tidak pernah bersinggungan dengan aktivitas di tempat-tempat tersebut.
Singkat kata, kaum muslimin dapat beribadah dengan tenang dan khusyuk tanpa memerlukan pengkondisian secara khusus menjelang dan selama bulan Ramadhan. Karenanya berbagai pengkondisian menjelang Ramadhan di tanah air patut dipertanyakan urgensinya.
Seperti kita ketahui, banyak peraturan khusus yang dikeluarkan pemerintah daerah dalam rangka menghormati bulan Ramadhan dan orang yang berpuasa. Tempat-tempat hiburan malam harus ditutup selama bulan Ramadhan. Di beberapa daerah ada Perda yang melarang orang berjualan makanan atau makan di tempat umum di siang hari. Tujuannya adalah agar orang-orang tak terganggu puasanya.
Saya masih sulit memahami kalau aktivitas makan-minum orang lain bisa mengganggu puasa kita. Demikian lemahkah iman kita sehingga kita bisa tergoda hanya dengan melihat orang lain makan?
Demikian pula, mungkinkah kekhusyukan ibadah kita terganggu dengan aktivitas di tempat hiburan malam kalau kita sama sekali tidak pernah mengunjungi tempat-tempat itu?
Puasa adalah ekspresi hubungan khusus antara hamba dengan Khaliknya. Puasa semestinya dilakukan dalam kesunyian relung pribadi. Tapi yang kita lakukan justru sebaliknya. Kita mengumumkan puasa kita. Bahkan kita menuntut orang untuk menghormati kita. Lalu, ibadah malam kita tak jarang riuh rendah, hampir semuanya kita lakukan dengan loud speaker bertenaga besar. Mulai dari azan, shalat, ceramah, zikir, tadarrus, hingga aktivitas membangunkan orang sahur. Ramadhan, bagi sebagian non-muslim adalah bulan dengan peningkatan intensitas kebisingan. Masihkah tersisa ekspresi ketundukan dalam puasa yang demikian itu?
Disadur dari majalah islam al-Bashirah ed 04 tahun II 1428 H
Selengkapnya...
Ungkapan-ungkapan tersebut sekilas tampak benar, tapi ini sungguh jauh dari tuntunan Allah dan Rasulnya. Orang yang melakukan bid’ah di beri peringatan keras oleh Rasulullah dan terjatuh dalam kesesatan sebagaimana sabda beliau : “Jauhilah oleh kalian dari mengada-ada (dalam urusan agama, karena setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan itu di neraka” . Bagaimana mungkin kita bisa berdiam diri terhadap perkara yang oleh Rasulullah dikatakan sesat namun oleh sebagian ummat muslim dianggap sebagai suatu kebaikan ini.
Ibnul Jauzi rahimahullah pernah berkata tentang perkara ini : “Sesungguhnya perilaku bid’ah lebih disukai iblis daripada dosa besar, karena pelaku dosa besar sangat mungkin untuk bertaubat, sedangkan pelaku bid’ah kecil kemungkinan untuk bertaubat,” hal ini karena pelaku bid’ah tidak merasa bahwa yang diakukannya adalah dosa , bahkan mereka menyangka mendapat pahala.
“Katakanlah:’Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?’Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS Al-Kahfi 103-104)
Adapun dengan mereka yang berdalih; yang penting niatnya baik, berdasarkan hadist dari Umar bin Khattab maka syari’at inipun telah membantah dengan sendirinya. Dalam Fathul Baari, syarh shahih Bukhari, Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan bahwa maksud hadist Rasulullah bahwa amalan itu tergantung niatnya adalah amal yang baik bukan amal yang buruk. Niat baik tidak akan merubah status maksiat menjadi ketaatan atau bid’ah menjadi sunnah. Bagaimana mungkin kita membenarkan tindakan seseorang melacur yang penting niatnya baik untuk mencari rezki atau menghibur orang lain. Oleh Karena itu, niat baik belum cukup menjadi syarat suatu ibadah diterima oleh Allah. Butuh cara yang benar untuk menyempurnakan suatu ibadah, cara yang benar berdasarkan contoh dari Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam. Sebagaimana sabdanya : “ Barang siapa beramal tanpa ada perintah (contoh) dariku maka tertolak.” (HR Muslim)
Fudhai bin Iyadh rahimahullah pernah berkata : “Sesungguhnya amal itu apabila ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima, dan jika benar tetapi tidak ikhlas maka tidak akan diterima pula. Amal akan diterima manakala ikhlas dan benar. Ikhlas adalah beramal karena Allah, sedangkan maksud benar adalah sesuai dengan sunnah Nabi shallallaahu alaihi wa sallam.”
Maka tak perlu bersikap menentang ketika ada yang membahas tentang bid’ah. Yang penting jangan sampai memvonis yang mubah sebagai bid’ah, apalagi yang sunnah dianggap bid’ah. Penting pula untuk memahami kaidah, kapan dan bagaimana suatu amalan dianggap bid’ah. Juga bagaimana penyikapan terhadap pelaku bid’ah sesuai dengan kadar dan tingkatannya.
Semoga dengan adanya orang-orang yang berusaha mengingatkan kita tentang bahaya bid’ah ini maka tak ada lagi yang tertipu dengan kemasan. Racun pun disangka madu dan bersedia meneguknya… menimbulkan penyakit yang kronis dalam tubuh yang semakin sulit disembuhkan. Wallaahu a’lam….
Maraji’ : majalah ar-Risalah No 51&56 Th V
Selengkapnya...
Tidak lama lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan, bulan yang penuh dengan keberkahan. Tamu yang selalu dinanti-nantikan oleh setiap muslim yang kadang dipersepsikan berbeda tentang keberkahannya. Seorang pedagang melihat berkah Ramadhan dari banyaknya hidangan buka puasa yang dapat dijajakan. Seorang ibu rumah tangga menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan aktualisasi kemampuan memasak di dapur sehingga waktunya habis dengan menghitung-hitung menu sahur dan buka puasa yang harus berganti setiap harinya. Ramadhan, bagi pekerja adalah waktu untuk menurunkan produktifitas kerja dengan alasan sedang berpayah dalam berpuasa. Bagi sebagian remaja ramadhan adalah kesempatan untuk kumpul bareng teman jelang buka puasa yang dikenal dengan ngabuburit di mall2 dan pasar2 atau berdua-duan dengan kekasih menghadiri sholat tarawih pun setelah sholat subuh. Ramadhan bagi produser TV adalah kesempatan menina bobokan pemirsanya dengan acara-acara yang terkesan islami. Keberkahan Ramadhan sebatas lapar di siang hari, dan kenyang di malam hari. Siang hari hanya tidur di atas ranjang hingga tiba waktu ashar, malam harinya yang ada hanya obrolan dan begadang hingga fajar. Dan ramadhanpun berlalu dengan penyikapan kita yang tetap saja salah tentang tamu agung ini.
Sebagai seorang muslim patutlah kita mengambil contoh dari Rasulullah shallaallaahu alaihi wa sallam, serta para sahabatnya dalam menyikapi bulan Ramadhan. Apa sajakah bekal yang mereka persiapkan jelang bulan Ramadhan?
1.Saling memberikan kabar gembira tentang kedatangan Ramadhan
Sebagaimana yang dilakukan Rasulullah kepada sahabat-sahabatnya lewat sabdanya :
“ Telah datang kepadamu Ramadhan, bulan penuh berkah dan Allah telah mewajibkan atas kamu sekalian untuk berpuasa, pintu surga akan dibuka lebar-lebar, dan pintu neraka akan ditutup, para syaithan akan dibelenggu, ada sebuah malam yang lebih utama dibandingkan seribu bulan, barang siapa yang diharamkan dari (pahala) Ramadhan, maka ia diharamkan (dari pahala kebaikan lainnya)” (HR An-Nasa’I dan di shahihkan oleh Al-Albani)
2.Berdoa
Para salafusshalih selalu berdoa kepada Allah agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Mu’alla bin Al-Fadhel mengomentari perilaku salaf terhadap ramadhan : Mereka selalu memohon kepada Alah selama enam bulan agar dapat sampai kepada Ramadhan, dan merekapun kemudian memohon selama enam bulan agar amal ibadahnya selama Ramadhan diterima.
3.Menyucikan diri
Dalam hal ini yaitu dengan meninggalkan maksiat dan memohon ampun akan segala dosa. Ibadah Ramadhan merupakan ibadah yang sulit dikerjakan jika kita tidak menyucikan diri dan hati kita, yang nantinya mengantarkan kita untuk sulit menikmati lezatnya ibadah di bulan Ramadhan.
“Boleh jadi orang yang berpuasa namun bagian yang didapatkannya hanyalah lapar dan haus” (HR. Ahmad)
4.Biasakan melakukan amalan-amalan shalih
Dengan melakukan amal-amal shalih sebelum Ramadhan diharapkan jiwa ini terbiasa sehingga dapat mengamalkannya selama ramadhan. Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam selalu melatih dirinya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban.
5.Bertafaqquh (mempelajari) hukum-hukum puasa dan mengenal petunjuk nabi sebelum memasuki puasa.
Dalam hal ini mempelajari syarat-syarat diterimanya puasa, hal-hal yang membatalkannya, hukum berpuasa dihari syak, perbuatan-perbuatan yang dibolehkan dan dilarang bagi yang berpuasa, adab-adab dan sunnah-sunnah berpuasa, hukum-hukum shalat tarawih, hukum-hukum yang berkaitan dengan orang yang memiliki udzur seperti mengadakan perjalanan, sakit, hukum-hukum yang berkaitan dengan zakat fitri dan lain-lain. Maka hendaknya kita berilmu sebelum memahami dan mengamalkannya. Sebagaimana firman Allah
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu’min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan termpat tinggalmu” (QS. Muhammad:19)
Didalam ayat ini Allah subhaanahu wa ta’ala mendahulukan perintah berilmu sebelum berkata dan berbuat. Rasulullah bersabda :
"Barang siapa yang diinginkan oleh Allah kebaikan kepadanya, maka Allah memandaikannya dalam ilmu Ad-Diin” (HR. Bukhari dan Muslim)
6.Membuat program atau agenda ramadhan
Mengatur dengan sebaik-baiknya program bagi tamu yang agung ini dengan mempersiapkan program untuk diri sendiri, keluarga dan orang-orang yang kita cintai demi memanfaatkan bulan yang mulia ini sebaik-baiknya seperti membaca, mempelajari dan menghafal Al-Qur’an, qiyamul lail, memberikan buka bagi orang-orang yang berpuasa, umrah, I’tikaf, sedekah, zikir, tazkiyatun nafs dan berbagai jenis ketaatan yang lain.
Mudah-mudahan dengan persiapan bekal sesuai yang dicontohkan oleh generasi salaf mengantarkan kita sukses menjadi pribadi taqwa sebagaimana tujuan dari puasa di bulan Ramadhan.
Ya Allah, sampaikan kami agar dapat merasakan Ramadhan….
Ya Allah, sampaikan kami agar dapat merasakan Ramadhan….
Maraji’ :
Syaikh Ibraim Ad-Duwaisy; Ramadhan Sepanjang Masa
Buletin al-Fikrah tahun 2 edisi 2
Ust. Muh Yusran Anshar, Lc; Tabligh Akbar 19 Sya’ban 1427 H
Selengkapnya...
Beberapa pekan terakhir, ghirah untuk kembali tarbiyah muncul dalam hati. Keinginan untuk kembali mereguk nikmatnya ilmu dari sumber yang murni begitu membuncah… harapan bersua dengan saudari-saudari yang senantiasa mengingatkan kepada Allah tak tertahankan. Dulu alasan kesibukan klinik-lah yang menjadi dasar berdirinya tembok yang memisahkan kami… dan kata ‘futur’pun sempat tersandang menjadi gelar yang tersamarkan oleh sulukiyah. Ah, saya bersyukur saat itu ketika berusaha istiqamah dengan sunnah yang satu ini di saat banyaknya sunnah-sunnah yang terabaikan karena dunia…. Bahkan ada beberapa saudari yang berguguran terlepas dari tangkai keimanan sebelum daunnya menguning meninggalkan buah yang bermanfaat…
Saya tak tahu apakah ini yang disebut dengan cobaan ketika kita berusaha kembali ke jalanNya??? Ataukah ini justru suatu petunjuk jalan kebenaran. Entahlah… yang pasti semburat kebimbangan itu mulai mencuat ketika setetes embun harapan mulai melembabkan qalbu. Berawal dari pesan yang dikirimkan via fb oleh seorang teman yang saat ini Alhamdulillah iltizam di atas manhaj salafus shalih, membaca judulnya saja saya sudah cukup tercengang. Saya terpaku sesaat, antara kaget, geram, kecewa bercampur aduk… siapa yang tidak kaget dengan tulisan yang begitu menyudutkan ormas yang menjadi wasilah saya berislam dengan benar. Berbagai tuduhan yang wallaahu a’lam apakah bisa dijadikan dalih kebenarannya. Inti dari pesan yang cukup panjang hasil bantahan terhadap rekaman ceramah salah satu ustaz dari ormas WI ini (semoga Allah menyayangi beliau dan memberikan pahala terhadap beberapa fitnah yang ditujukan kepadanya) yaitu tentang kesalahan WI yang membenarkan muwazanah, terjatuh dalam bid’ah dengan beramal jama’i, tanzhim, dan …. Ta..r…bi…ya..h. Mereka tidak menolak tarbiyah, marhalah dan tanzhim secara mutlak, tapi tidak seperti yang dijalankan oleh WI yang katanya bersifat sirriyah!!!. gelar sururiyyah dan hizbiyyah pun disandangkan kepada WI. Saya mencoba mengarahkan kursor ke link yang menjadi sumber pesan ini diambil. Dan muncullah sebuah situs bermanhaj salaf yang membahas masalah terkait…saya hanya bisa tersenyum miris menyaksikan tulisan-tulisan yang lebih bersifat tuduhan kepada saudara mereka sesama ahlusSunnah. Mempersoalkan permasalahan yang terbuka lahan untuk berijtihad di dalamnya (itu yang saya pahami dengan keterbatasan ilmu yang ada). Perhatikan petikan kalimat berikut yang mereka tuduhkan kepada WI : Majelis-majelis tarbiyah yang diadakan oleh para hizbiyyun amat mengundang pertanyaan dan kecurigaan, sebab agama ini jelas, dan untuk semua orang. Tapi kenapa agama ini disembunyikan?! Bukankah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan para sahabat malah bersemangat menyebarkannya. Cara dakwah sirriyah seperti ini di tengah kaum muslimin adalah cara dakwah yang menyelisihi Sunnah. Subhanallah, pantaskah seorang yang bersandar pada dakwah salafiyyun melandaskan pernyataannya pada Zhan semata.
Beberapa waktu, saya mencoba melupakan syubhat ini. Kepingan ghirah untuk tarbiyah yang masih tersisa coba saya pungut dan satukan kembali. Saya mencoba menghubungi kakak senior saya, murobbiyah saya ketika masih di marhalah ta’rif sekaligus koordinator di departemen yang sama ketika pertama kali saya diajak untuk mendakwahkan ilmu saya. Saat itu saya ingin menerima ajakannya yang beberapa waktu sempat tidak saya gubris, ajakan untuk kembali tarbiyah dan ikut di liqo’nya saat ini. Beberapa sms yang saya kirim tidak pernah dibalas, sampai suatu waktu kami dipertemukan di fakultas dan sayapun kembali menanyakan kepadanya tentang niat saya untuk kembali tarbiyah; ‘afwan kak, sudah sampai dimana materi tarbiyah ta? Kalo belum jauh saya gabung saja ke liqo’ ta’ ujarku penuh semangat waktu itu. Awalnya ia tidak mengindahkan kata-kata saya dan mengalihkan pembicaraan, namun karena dengan sedikit paksaan akhirnya diapun berkata “Afwan dek, saya sudah tidak tarbiyah lagi…” saya berpikir maksudnya dia sudah pindah ke liqo lain tapi beberapa detik kemudian ia menimpali seakan ingin membantah lintasan pikiran saya barusan, “saya sekarang sudah tidak tarbiyah, saya lebih milih untuk ikut ta’lim saja” saya cuma mengangguk tanda pemakluman. Mungkin karena kesibukannya di klinik sehingga menyebabkannya lebih memilih untuk mengikuti ta’lim, saya pernah dan sering diajak olehnya menghadiri kajian hadis di poltek. Belum lagi saya melanjutkan pertanyaan ia kembali berujar “ tarbiyah itu kan tidak ada tuntunannya dari Rasulullah, yang ada cuma ta’lim. Saya sekarang ta’lim di salafi, saya ikut lho daurah salafiyyah yang kemarin di masjid raya, kalau kamu mau nanti saya kasih rekaman daurahnya” dezigh!!!! Wajah saya tidak bisa menyembunyikan kekagetan yang luar biasa ini. Saya senang bakalan dikasih rekaman daurah apalagi ilmunya berasal dari orang-orang yang iltizam terhadap sunnah. Tapi bukan… bukan itu yang membuat saya terhentak, perkataannya tentang tarbiyah lah yang membuat saya bengong beberapa saat…. Tak ada tuntunan???bid’ah kah??? Trus ta’lim di salafi???? Bukankah beberapa bulan yang lalu ketika saya menyebut mereka yang memilih ta’lim daripada tarbiyah sebagai salafi di hadapannya namun ia membantah sembari berujar “ kita juga seorang salafiyyun dek “ Lantas apa maksud semua ini dengan mengatakan ta’lim di salafi, bagaimana dengan tarbiyah di WI apakah itu membantah bahwa lembaga ini juga bermanhaj salaf???
Subhanallah… kebimbangan itu kembali menggores hati. Ibarat luka basah yang dituang cuka, perih… sangat perih. Niat yang sudah saya hunjamkan kembali ‘ternoda’. Walhasil, jemari saya kembali enggan menekan no telpon koordinator marhalah takwiniyah (afwan ummi) Saya urungkan sesaat. Bekas-bekas tanya masih bergelayut menghantui benak. Harapan penghiburan lewat kitab-kitab aqidah ulama salaf yang saya lahap tak jua tercapai. Saya coba menepis sikap kritis yang telah lama bersemayam dan menyatu dalam diri dengan sejumput tanya di hati… “ah, adalah perkara sia-sia mempertanyakan hal-hal yang lebih patut diurus oleh para fuqaha”. Toh semua itu tak mampu meredam ingin yang begitu membara.
Akhirnya, Saya mencoba mencari pembenaran tentang apa yang telah saya jalani selama ini, tapi yang saya dapatkan justru bantahan-bantahan telak. Duuh, Saya hanyalah seorang thullab yang mencoba belajar adDien dari sumber yang shahih, apalah daya saya jika hujjah yang mereka gunakan tersebut berasal dari ulama-ulama ahlussunnah. Saya hanya bagian dari jama’ah yang mencoba taat terhadap pemimpin. Apakah ini bisa dikatakan ta’asshub? Saya hanya ingin menjaga keimanan saya lewat tarbiyah, apakah ini bisa dikatakan bid’ah? Saya ingin menularkan ilmu shahih ini kepada saudari-saudari saya lewat amal jama’I dan tanzhim, apakah ini juga suatu perbuatan bid’ah?? Yah memang, niat yang baik tidak cukup menjadikan suatu ibadah diterima oleh Allah butuh cara yang benar yaitu ittiba’ Rasulullah. Sungguh saya tidak ingin terjatuh dalam perbuatan bid’ah, perbuatan yang ditentang keras oleh Rasulullah yang pelakunya dikatakan sesat dan tempatnya di neraka, tapi saya juga tidak bisa serta merta ‘memvonis’ mereka keluar dari manhaj salaf, karena beberapa syubhat yang dihembuskan oleh saudara-saudara yang begitu menentang keras segala pelaku bid’ah ini tak berdasar. Jauuh….. sangat jauh panggang dari apinya. Tapi ada juga beberapa yang tak bisa saya pungkiri hal itu ada pada jamaah WI.
Tiba-tiba saya jadi teringat pelajaran hadist dari kitabul jami’ yang pernah saya dapatkan ketika masih di marhalah tamhidiyah, tentang anjuran meminta fatwa pada hati. Mudah-mudahan kabut yang menggulung menutup hati oleh maksiat bisa perlahan tersibak sehingga nurani ini bisa menjadi pelataran tanya akan syak yang menimpa, layaknya Utsman radhiallahu anhu yang dengan kekuatan nuraninya mampu melihat jejak-jejak maksiat di pancaran retina sahabatnya.
“Ya Allah mudahkan hati dan jasad ini untuk mendekatkan diri dengan sesuatu yang Engkau fardhukan dan mudahkan pula untuk mendekatkan diri kepadaMu dengan amalan yang Engkau sunnahkan agar kami dapat meraih cintaMU, cinta yang berwujud terjaganya indrawi untuk selalu ta’at kepadaMU”
Tentunya, Risalah ini tak sekedar berdasarkan ilmu saya yang belum mumpuni tentang-nya. Tapi saya akan mengajak kita untuk bertamasya sejenak di bilik-bilik cinta dalam tulisan menggugah karya penulis muda yang juga telah merayakan cinta dan membaginya untuk kita lewat Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan sampai Jalan Cinta Para Pejuang. Biarlah tulisan-tulisan ini yang akan bercerita tentang sebuah perayaan cinta penuh barakah......
Bismillaah..... Jelang pernikahan, kadang-kadang menjadi masa yang sensitif. Persangkaan yang tidak benar, sikap yang tidak benar, kepasrahan tanpa keyakinan,bisa menjadi hal yang membadai membeliung di perjalanan berumah tangga. Oleh karenanya, penting kita menghunjamkan niat sebagai pijakan pertama yang menggores tanya, "Akankah ada barakah di pernikahan kita?"
Awalnya memang dari niat. Niat ketika kita berazzam untuk bersegera merenda sebuah kebersamaan suci dalam naungan ridha Ilahi. Niat ketika kita menetapkan kriteria-kriteria. Niat ketika kita memulai seuah proses yang bersih, tanpa hubungan haram pacaran, tanpa interaksi yang mubadzir dan merusak hati. Niat ketika melihat calon suami atau kandidat isteri. Niat ketika diperkenalkan pertama kali. Niat ketika menyaksikan kondisi keluarganya. Niat ketika menentukan mahar dan pesyaratan. Niat ketika menyatakan persetujuan dan penerimaan. Niat ketika merencanakan hari akad dan perayaan walimah. Niat selama dalam masa penantian. Niat dan niat, ketika dan ketika....
Niat ketika mengucapkan ijab dan qabul. Niat di waktu menjamu tamu. Niat di saat para tamu meninggalkan tempat. Niat ketika mengucap salam dan mengetuk pintu kamar. Niat ketika berjama'ah dua rakaat pertama kalinya. Niat ketika memintanya meminum susu dari tepi gelas yang sama. Niat ketika mengajak bicara dan meneguhkan komitmen bersama. Niat ketika menyelinginya dengan canda. Niat ketika mengajaknya bermain dan tertawa... Niat dan niat, ketika dan ketika....
Dengan perbaikan niat mudah-mudahan kita akan dapat memahatkan makna dan mengalirkan darah baru bagi keberkahan rumah tangga. Yah, Barakah yang senantiasa mengalir dari lisan-lisan para tamu walimah...
Barakah yang telah meruntuhkan keegoisan kita yang awalnya berharap menikahi orang yang kita cintai menjadi mencintai orang yang kita nikahi.... sungguh keduanya jauh berbeda.... yang pertama adalah kemungkinan, sedang yang kedua adalah kewajiban. Cinta yang kedua berwujud cinta yang memberi-bukan meminta-, berkorban-bukan menuntut-, berinisiatif-bukan menunggu-, dan bersedia-bukan berharap-harap-. dan inilah jalan cinta para pejuang.
Jika kita menghijrahkan cinta dari kata benda menjadi kata kerja, maka tersusunlah sebuah kalimat peradaban dalam paragraf sejarah. Jika kita menghijrahkan cinta dari jatuh cinta menuju bangun cinta, maka cinta menjadi sebuah istana, tinggi menggapai surga.
Di saat apapun barakah itu membawa kebahagiaan. Sebuah letup kegembiraan di hati, kelapangan di dada, kejernihan di akal, dan rasa nikmat di jasad.Barakah itu memberi suasana lain dan mencurahkan keceriaan musim semi, apapun masalah yang sedang membadai rumah tangga kita. Barakah itu membawakan senyum meski air mata menitik-nitik. Barakah itu menyergapkan rindu di tengah kejengkelan. Barakah itu menyediakan rengkuhan dan belaian lembut di saat dada kita sesak oleh masalah.
Barakah, mengubah kalimat "ini salahmu...!" menjadi " Maafkan aku cinta ". Ia mengganti diksi, dari "Kok bisa-bisanya sih kamu...!" menjadi "Aku mengerti sayang, sabar ya..." Barakah juga melafazkan "Kamu kemana saja sih...?" Agar terdengar "Aku di sini menantimu dalam rindu yang menyesak..." dan ia membahasakan "Aku tuh sebenarnya ingin kamu...!", agar berbunyi, "Cinta, makasih ya, kau membuatku..."
Di dalam sebuah pernikahan, barakah menjawab, barakah menjelaskan, menenangkan, dan menyemangati. Bahwa apapun kondisinya, kemuliaan di sisi Allah bisa diraih. Apapun keadaannya, pernikahan adalah keindahan dan keagungan, kenikmatan dan kemuliaan, kehangatan dan ketinggian. Jika dan hanya jika kita senantiasa membawanya kepada makna barakah....
(Buat sobat-sobat matRix02 yg telah dan akan menikah.... Barakallaaahu.... especially 4 my best fren....Barakallaah... barakallaah... barakallaah... uhibbukifillaah. Mudah2an bekal cinta ini mempertemukan kita di jannahNya kelak.... cinta yg tetap terjulur di Jalan cinta para pejuang. Semoga dan semoga.... Saling mendoakan yach ukh ^_^)
Ketahuilah, setiap detak nafas yang terhembus tertulis dalam catatan amal, setiap untaian kata-kata yang keluar dari lisan terekam, seluruh niat diketahui, serta seluruh gerak-gerik terhitung.
Kita tahu bahwa kematian itu benar, tetapi kita masih sempat bersenang-senang. Kita sudah tahu bahwa neraka itu pasti adanya, tetapi kita masih sempat melepas tawa. Kita juga tahu bahwa ketentuan Allah itu benar tetapi kita masih pula menolaknya….
Sudah saatnya, kita untuk berhenti sejenak. Melihat kembali apa yang telah kita kerjakan hari ini, sebagai motivasi berbenah diri. Jangan sampai penyesalan itu datang ketika timbangan sudah ditegakkan dan amalan-amalan dibentangkan.
Tentukan langkah kita di dunia ini dengan selalu mengikuti perintah Allah dan menjauhi laranganNYa. Di dunia inilah tempat kita menyemai benih pahala, bekal kita di hari esok, AKHIRAT…!
Tiba-tiba teringat dengan kepemimpinan yang dijalankan oleh manusia termulia sepanjang sejarah, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam, juga kepemimpinan para sahabat setelahnya. Sungguh, kisah kepemimpinan sejati mereka terlukis indah di atas kanvas peradaban dunia berbingkai emas dan mutiara oleh akhlak dan kemuliaan jiwa.
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam, yatim seketika sejak lahirnya, lalu hidup di pedesaan Bani Sa’d yang penuh kesegaran dan kesantunan. Persusuan itu member makna yang lebih dari sekedarnya. Lalu ia kembali ke asuhan ibunda. Hanya sesaat, lalu ia piatu. Sang kakek membawa kanak-kanak ini ke inner circle pemerintahan Quraisy. Itupun,lagi-lagi tak lama. Hingga ia dibawa berkenalan oleh paman termiskinnya ke dunia nyata; menggembala kambing untuk melanjutkan hidup. Jauh dari hingar bingar politik, tapi imajinasinya membangun sebuah kepemimpinan pada kambing-kambingnya seperti yang ia saksikan saat kakeknya mengelola Makkah.
Di usia dua belas tahun ia menjadi manajer unit usaha internasional Abu Thalib sampai ke Syam, dan dialah sales yang menjadi kunci sukses kafilah dengan kejujurannya. Usia dua puluhan dia menjadi pengelola utama bisnis besar yang diinvestasikan Khadijah. Dia, interpreneur dengan sifat nabawi : shiddiq (jujur), amanah (kapabel), fathanah (smart), dan tabligh (informatif); sifat-sifat yang kini dirujuk teori enterpreneurship modern.
Beliau seorang panglima, administrator militer yang tak ada bandingannya dalam sejarah. Sepuluh tahun di Madinah, 30-an ghazwah beliau pimpin sendiri di samping 300-an sariyah (detasemen) yang beliau bentuk dan berangkatkan. Dari segi jumlah ini saja, Napoleon Bonaparte kebanggaan Eropa, George Washington ataupun Simon Bolivar-nya Amerika Latin tak ada seujung kukunya.
Adakah orator dengan daya tahan sekaligus daya mempertahankan massa seperti beliau? Menjelang wafat, beliau pernah berkhutbah setelah subuh sampai dzuhur, dilanjutkan lagi sampai ashar, lalu dilanjutkan lagi sampai maghrib tanpa seorangpun bosan, tertidur, mengantuk, ataupun bersuara kecuali untuk memenuhi seruan beliau. Bahkan sebagaimana dituturkan Tsauban dalam haditsnya, para sahabat begitu terbawa suasana sendu, semua mencucurkan air mata, seolah khutbah itu merupakan salam perpisahan dari sang kekasih tercinta.
Beliau seorang pemimpin besar, namun tak pernah merasakan nikmatnya berbaring di atas kasur empuk layaknya para pemimpin di zamannya. Alas tidurnya hanyalah sebuah tikar yang terbuat dari jalinan rumput yang meninggalkan bulir merah di sekujur tubuhnya. Padahal jika beliau mau semua kenikmatan dunia dapat beliau raih dengan sangat mudah, tapi bayangan kenikmatan akhirat membuat beliau mampu untuk bersabar. Manusia mulia ini, bahkan pada detik-detik kematiannya masih begitu merisaukan ummatnya. ‘ummati.... ummati... ummati...’.
Kepemimpinan sejati beliau tertular kepada sahabat-sahabatnya. Siapa tak kenal dengan Umar bin Khattab, kepemimpinnanya mendecak kagum siapa saja yang pernah menelusuri sirahnya. Adalah Faiz, seorang anak kecil yang terinspirasi dengan kekhalifaan beliau, menyatakan perasaannya lewat selembar surat yang dipersembahkan kepada pemimpin negeri ini yang saat itu di jabat oleh Megawati. Mencoba mengajak bu presiden untuk bersama meneladani kepemimpinan Umar bin Khattab lewat bahasanya yang lugu, apa adanya.
Keteladanan itupun tak berhenti sampai pada khulafaur Rasyidin. Adalah Umar bin Abdul Azis, beliau hidup jauh setelah wafatnya Rasulullah. Tapi sungguh kepemimpinan beliau adalah satu diantara begitu banyak kisah yang menyejarah. Di masa pemerintahannya, keadilan merata di seluruh penjuru negeri. Satu keteladanan yang patut ditiru adalah kisah di suatu malam bersama anaknya. ketika itu datang anaknya ingin membicarakan hal pribadi dengan sang ayah. Saat itu Umar bin Abdul Azis sedang menulis sesuatu yang merupakan bagian dari tugas Negara. Mengetahui kehadiran anaknya beliaupun bertanya, “ dalam rangka apa engkau datang kepadaku? Apakah untuk membicarakan masalah rakyat ataukah pribadi?” anaknya menjawab bahwa apa yang ingin dia bicarakan dengan ayahnya sehubungan dengan masalah pribadi. Maka sang khalifah langsung memadamkan lampu yang dipakainya untuk menulis tadi dengan alasan yang bagi sebagian orang adalah hal sepele, minyak yang dipakai untuk menyalakan lampu tersebut adalah milik Negara. Karena prinsip kepemimpinannya inilah goresan sejarah dengan tinta emas mengiringi pemerintahannya, bahkan dikisahkan selama kepemimpinannya serigala dan domba minum dari satu bejana yang sama.
Ah, akankah kepemimpinan dan keteladanan itu terwariskan sampai ke kita??? Ataukah kita tetap terbelenggu dengan ikatan yang telah disimpul kuat oleh kepemimpinan dunia barat lewat teori-teori yang dicecoki selama bertahun-tahun di kepala kita, menggantikan sirah rasulullah dan sahabat-sahabatnya sebagai buku panduan kepemimpinan kita. Mudah-mudahan tidak.......!!!
Ketika kita mengalami cedera pada tubuh sehingga terjadi kerusakan jaringan, maka dengan mudahnya mikroorganisme berupa bakteri, virus, protozoa, maupun jamur yang tak diundang dan tidak berhak untuk bermukim di jaringan, dapat masuk dan berkembang biak.
Masa awal masuknya mikroba penyebab penyakit (mikroba patogen) ini sampai dengan timbulnya kondisi sakit disebut sebagai masa inkubasi. Sementara kondisi sakit yang diakibatkan oleh karena adanya mikroba patogen yang masuk disebut infeksi. Untuk mengahadapi proses peradangan, terlebih yang telah mengakibatkan terjadinya infeksi, sistem imun akan segera bertindak untuk mengambil langkah-langkah strategi darurat.
Salah satu langkah awal yang diambil adalah dengan mengirimkan sinyal darurat. Sinyal ini berupa senyawa kimia yang dipancarluaskan serta disambungsiarkan oleh sel-sel di seputar jaringan yang mengalami kecelakaan.
Melalui sistem persarafan, radang akan mengirimkan sinyal dari keluarga kimia kinin ke pusat kendali sakit di otak. Dari pusat kendali sakit di otak dikirimkanlah nota bahaya ke segenap aparat di sekitar lokasi terjadinya kecelakaan atau kerusakan jaringan. Respon yang muncul adalah peningkatan kerja hormon adrenalin dan insulin yang akan mengaktifkan proses produksi energi tubuh melalui pemecahan atau metabolisme glukosa (gula). Dengan tenaga tersebut, proses perbaikan dan pertolongan pertama dilakukan. Sel-sel sekitar yang sehat dan dekat dari lokasi sel yang cedera akan segera memproduksi pecahan asam arakidonat yang terdeposit di membran sel.
Pecahan atau turunan dari asam arakidonat ini adalah prostaglandin, prostasiklin dan tromboksan yang selanjutnya secara bahu-membahu dan memerankan tugas yang berbeda-beda tetapi bersinergi akan memicu pelebaran pembuluh darah, perpindahan sel-sel imun, serta mobilisasi sel-sel tersebut mendekat ke arah sel yang terluka. Pelebaran pembuluh darah dimaksudkan untuk memudahkan lalu lintas tim penolong serta memudahkan pula suplai energi gula serta bahan-bahan perbaikan seperti molekul asam amino.
Selain pembuluh darah melebar, turunan asam arakidonat juga mengirimkan sinyal untuk meminta bantuan dari sel darah putih yang sedang berpatroli di sekujur tubuh, maka berbondong-bondonglah mereka tiba di tempat kejadian perkara (TKP). Selanjutnya, mereka menepi dan bermigrasi menuju ke daerah yang memerlukan perbaikan.
Dalam kondisi cedera, tubuh sangat berpeluang untuk diakses oleh mikroba patogen. Daerah yang terluka dan cedera dapat menjadi pintu masuk (port de entre) bagi sekawanan mikroba patogen yang saat itu mungkin sedang berjalan-jalan dikawasan sekitar. Akhirnya mereka pun bebas masuk dan bermanifestasi sebagai kerusakan seluler.
Ketika masuk ke dalam sel, lingkungan sel menjadi tempat asing bagi mikroba patogen sehingga mikroba akan bereaksi negatif berupa tindakan destruktif sebagai mekanisme membela diri. Mikroba patogen ini dapat mengeluarkan racun (eksotoksin), atau karena tubuhnya sendiri yang bersifat racun (endotoksin)_ pada kebanyakan bakteri_, atau dengan cara bereplikasi seperti yang dilakukan oleh virus.
Kondisi ini oleh tubuh dianggap sebagai suatu keadaan bahaya sehingga dikirimlah sinyal yang memicu 'kewaspadaan nasional'. Sistem imun, sesuai dengan prosedur yang telah disepakati, akan melakukan tindakan dengan urutan mekanisme introduksi, persuasi, dan represi. Pada tahap introduksi, sistem imun akan menghadirkan diri, meminimalisasi akses masuk, serta menyampaikan informasi bahwa keberadaan mikroba patogen sesungguhnya tidaklah sesuai dengan lingkungan tubuh manusia.
Pada tahap kedua, sistem imun akan meminta dengan hormat agar mikroba patogen bergegas meninggalkan jaringan yang di dudukinya. Pada tahap ini mulai diberlakukan proses naturalisasi ataupun pemutihan. Bagi mikroba patogen yang beriktikad baik dan bersedia memenuhi ketentuan untuk bekerja sama, akan disediakan fasilitas untuk menyesuaikan diri. Bagian yang berpotensi bahaya akan dikurangi atau dimodifikasi. Bagi yang membangkang dan mulai berulah menimbulkan kerusuhan akan segera diamankan dengan cara diopsonisasi atau diselubungi oleh unit yang bernama faktor komplemen. Ibaratnya seseorang yang hendak memasuki sebuah kampung yang relijius, maka pada mikroba patogen ini dikenakan peci terlebih dahulu.
Meskipun komplemen dapat diasosiasikan sebagai pelengkap, namun sesungguhnya fungsinya sangat vital. Faktor komplemen adalah manajer madya yang bertugas menganalisis masalah lokal dan regional untuk selanjutnya memberikan saran strategis bagi manajer di tingkat yang lebih tinggi.
Rekomendasi dari faktor komplemen ini dapat ditindaklanjuti dalam bentuk pendekatan represif maupun tetap mengacu pada pendekatan persuasif berjenjang. Setelah diproses oleh komplemen, mikroba patogen ‘dibina’ oleh sistem imunitas humoral, yaitu dengan mengenalkannya pada imunoglobulin untuk selanjutnya akan diolah dan dipecah-pecah menjadi bagian-bagian molekul yang tidak berbahaya bagi tubuh, malah mungkin sangat bermanfaat.
Jika tindakan persuasif dianggap kurang efektif, akan dilakukan proses penegakkan hukum dengan konsekuensi yang lebih berat. Untuk itu akan hadir dan terjun langsung divisi limfosit T dan B. dalam kondisi berat, mekanisme sistem imun pada sel limfosit T akan meminimalisasi efek patogenik dari mikroba dengan cara bekerjasama dengan antibodi untuk mengenali dan mengubah antigen dari mikroba parogen menjadi serpihan asam amino melalui sebuah mekanisme Antibody Dependent Cell Cytotoxicity (ADCC). Selain itu, sel limfosit T bersama dengan sel Natural Killer dan sel-sel dendritik dapat bertindak langsung secara represif untuk menghentikan kegiatan mikroba patogen yang destruktif melalui aktivitas kimiawi zat yang disebut perforin. Dalam beberapa kondisi khusus, sel limfosit T dapat memperoleh bantuan dari sel makrofag yang berperan sebagai Antigen Presenting Cell (APC) alias sel penyaji antigen.
Selain itu, peran sel limfosit bertugas untuk membangun sistem manajemen komunikasi terpadu di wilayah imunitas humoral. Jika ada antigen dari unsur asing yang masuk, sel limfosit B akan merespon dengan cara membentuk sel plasma yang spesifik untuk menghasilkan molekul imunoglobulin yang sesuai dengan karakteristik antigen dari unsur asing tersebut.
Dari skenario yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa Sistem imun ini dalam perspektfi yang lebih ramah_ oleh Tauhid Nur Azhar dalam bukunya Jangan ke dokter lagi_ dianggap sebagai Sistem Manajemen Silaturahmi Terpadu, dimana peran utama dari semua elemen sistem imun adalah menghasilkan suatu keseimbangan yang menguntungkan bagi semua pihak. Hal ini didukung oleh kemampuan untuk melakukan pelayanan publik (public relation), komunikasi eksternal dan internal, mediasi konflik, jasa keramahan (hospitality), kemampuan seleksi, dan juga memiliki unit manajemen konflik.
Subhanallah, betapa tubuh kita sendiripun berperang sekuat tenaga agar menjaga kestabilannya, tapi justru mengapa kita sering melemahkannya dengan pola hidup yang tidak sehat. “Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan.”
Tidur dan sadar merupakan suatu aktivitas yang dialami oleh setiap makhluk sepanjang hari. Selama ini tidur dianggap sebagai suatu rutinitas pasif belaka. Namun belakangan banyak ilmuwan yang menemukan bahwa dalam keadaan tidurpun organ tubuh kita tetap mengalami aktivitas meskipun berbeda dengan ketika dalam keadaan sadar. Dan aktivitas tidur ini berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikis seseorang.
FUNGSI ORGAN TUBUH SAAT TIDUR
Keadaan organ tubuh ketika tidur sangat berbeda sekali dengan keadaan ketika sadar. Adapun perubahan-perubahan teramat banyak dan beraneka ragam. Di antaranya adanya perubahan pada hubungan antara tubuh dengan akal, jiwa, dan ruh. Sealain ada perubahan pada tingkat kesadaran dan persepsi, juga ada perubahan-perubahan pada tubuh manusia., berikut fungsi-fungsi dari organ tubuh itu sendiri.
1.Suhu panas tubuh sedikit menurun kurang lebih sekitar setengah derajat. Hal ini terjadi karena semakin melambatnya aktifitas pada tubuh. Ditambah pula adanya relaksasi otot-otot dikala tidur. Sebab ketegangan otot-otot akan menghasilkan suhu panas pada tubuh. Sebaliknya apabila terjadi relaksasi pada otot-otot, maka aktifitas sumber penghasil suhu panas tubuh akan berhenti.
2.Tekanan darah sedikit menurun. Hal itu disebabkan adanya relaksasi pada otot-otot dan perasaan menjadi lebih rileks disaat tidur. Hanya saja, tekanan darah akan meninggi secara mendadak dikala bermimpi melihat sesuatu yang mengejutkan atau perasaan seolah-olah jatuh yang dikenal dengan istilah hypnic myclonia, serta dikala terhentinya pernafasan ditengah tidur (SLEEP Apnea)
3.Semakin melambatnya pergerakan isi perut dalam lambung di kala tidur.
4.Terjadi perubahan-perubahan pada pengeluaran hormon dalam tubuh di kala tidur;
Semakin sedikitnya hormon-hormon kesiagaan, yang diantaranya berupa, kelenjar Cortisone & kelenjar adrenalin.
- Semakin bertambahnya penegeluaran hormon pertumbuhan dari kelenjar hipofisis di dasar otak, yaitu hormon yang meaangaktifkan proses metabolisme, serta berperan menambah pertumbuhan badan pada anak.
5.Semakin berkurangnya aktifitas simpatik.
6.Akan terjadi pergerakan bola mata cepat, bertambahnya aktifitas otak, berhentinya aktifitas sistem transmisi (Sistem pergerakan dalam tubuh), terjadinya kelumpuhan tidur dan periode berhentinya pernapasan.
Tidur sebenarnya merupakan bagian dari upaya membersihkan ’sampah metabolisme’ yang menyebabkan kelelahan. Dikatakan bahwa dalam sehari, produk sampah yang berasal dari seluruh kegiatan otot tubuh_sebagian besar terdiri atas dioksida dan asam laktat_ menumpuk dalam darah dan mempunyai efek toksik pada saraf yang menyebabkan rasa lelah dan mengantuk. Selamatidur, sampah ini dimusnahkan sehingga ketika bangun tubuh akan terasa segar kembali.
Jadi, tidur bukanlah sekedar mengistirahatkan tubuh, melainkan juga mengistirahatkan otak. Khususnya korteks serebral yakni bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi yang digunakan untuk mengingat, memvisualisasikan, membayangkan, menilai, serta memberikan argumentasi.
WAKTU BIOLOGIS SERTA KAITANNYA DENGAN SUNNAH-SUNNAH SEBELUM TIDUR
Para ilmuwan telah menemukan suatu area di dalam otak yang dinamakan dengan hypothalamus. Ada juga yang menyebutnya dengan nama pineal body yang mampu mengeluarkan hormon melatonin, ia berperan mengatur waktu biologis terhadap waktu sadar dan waktu tidur. Para ilmuwan lain meyakini bahwa pergantian malam dan siang, serta gelap dan terang diatas permukaan bumi itulah yang mempengaruhi terhadap waktu biologis. Selain itu, waktu biologis tidak mungkin bekerja tanpa terpengaruh oleh sinar terang dan kegelapan. Dengan demikian, penentuan waktu biologis butuh terhadap adanya pergantian malam dan siang.
Apa itu melatonin? Melatonin adalah hormon yang dihasilkan oleh pineal body, yakni suatu kelenjar yang seukuran setengah biji kacang dan terletak ditengah otak. Hormon ini mulai dihasilkan ketika matahari terbenam dan mencapai puncaknya antara pukul 02.00-03.00 sehingga terkadang dinamakan dengan hormon kegelapan atau hormon malam.
Suatu yang menjadi catatan bahwa produksi melatonin dan kelenjar pineal body akan semakin sedikit seiring dengan bertambahnya umur manusia. Apabila manusia telah sampai pada pertengahan ussia (40-50), kadar melatonin itu akan semakin berkurang hingga setengahnya dari kadar aslinya, seperti saat ia masih berusia dua puluhan.
Banyak efek yang dihasilkan oleh melatonin, mulai dari antioksidan, sistem imunitas tubuh, hingga pemegang jam biologis. Sifat antioksidannya berbeda dengan antioksidan lain. Kebanyakan antioksidan bekerja dengan sistem reduksi oksidasi, yang memungkinkannya kembali ke bentuk semula setelah bekerja sebagai antioksidan; sedangkan melatonin tidak. Sekali teroksidasi, melatonin tidak bisa lagi tereduksi sehingga dikenal sebagai antioksidan terminal.
Pada sistem imunitas tubuh, melatonin dapat memacu produksi leukosit dan limfosit yang berperan dalam menjaga kekebalan tubuh. Selain itu. Melatonin juga memegang jam biologis, yakni jam bangun dan tidurnya seseorang. Seseorang yang terbiasa tidur dan bangun jam sekian, tentu akan mengalami kesulitan pada awalnya ketika diminta menggeser, karena ada jam otomatis dalam tubuhnya yang mengatur kapan ia harus bangun dan kapan ia harus tidur.
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam menganjurkan ummatnya untuk tidak tidur terlalu larut malam dengan kebiasaan beliau yang tidak suka berbincang setelah sholat isya. Hikmahnya yaitu selain terhindar dari tidur larut malam, tidak tertinggal sholat malam dan sholat subuh, juga agar produksi melatonin tetap terjaga dan efeknya bagi tubuh bisa kita nikmati.
Ada lagi hikmah lain yang berhubungan dengan anjuran Rasulullah sebelum tidur, lewat hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda : ”Jangan kamu tinggalkan api di rumahmu ketika kamu tidur” (HR Bukhari dan Muslim). Anjuran untuk memadamkan api sebelum tidur bagi sebagian kita mungkin berpendapat bahwa hal itu dikarenakan pada zaman Rasulullah masih digunakan lampu api (obor) yang bisa beresiko menimbulkan kebakaran jika tidak dimatikan. Tapi hadis ini tetap berlaku bagi kita yang saat ini menggunakan lampu listrik. Dan ternyata ada hikmah lain dari anjuran Rasulullah ini berhubungan dengan aktivitas melatonin yang telah kita bahas sebelumnya. Karena hormon melatonin ini dihasilkan pada waktu gelap, maka adanya cahaya akan mengganggu pengeluarannya. Ketika terus terpapar cahaya, maka produksi dan efek medisnya tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Terutama saat kita masih menonton TV hingga larut malam, cahaya yang ditimbulkan serta gelombang elektromagnetik padanya terbukti secara bermakna mengacaukan produksi melatonin.
POSISI TIDUR IDEAL
Untuk lebih memahami bagaimana posisi tidur yang benar serta posisi yang dianjurkan Nabi Shallallaahu alaihi wasallaam, ada baiknya dijelaskan satu persatu posisi tidur.
1.Posisi Tengkurap
Kebanyakan seseorang yang sudah dalam keadaan lelah memilih tidur dengan posisi ini. Sepintas kelihatan tidurnya sangat pulas dan nyenyak. Namun posisi tengkurap ini merupakan salah satu posisi yang tidak sehat. Sebab posisi ini bisa menyebabkan penekanan pada perut, jantung, hati dan organ tubuh lainnya sehingga aliran udara dan darah menjadi tidak lancar.
Posisi ini sangat dilarang oleh Rasulullah sebagaimana dalam sabdanya :
” Dari Ya’isy bin Takhfah Al-ghiffari radhiallaahu anhu ia berkata, ayahku berkata : ”ketika aku berbaring di mesjid di atas perutku, tiba-tiba seorang laki-laki menggoncangku dengan kakinya, lalu ia berkata : ” Sesungguhnya ini adalah bentuk tidur yang dibenci Allah.” Ayahku berkata : ”lalu aku melihat (laki-laki tersebut), ternyata ia adalah Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam.” (HR Abu Dawud dengan Sanad Shahih)
2.Miring Ke Kiri
Posisi ini juga bukan merupakan posisi ideal oleh karena tidur dengan posisi miring ke kiri akan menyebabkan penekanan pada jantung dan lambung sehingga aliran darah menjadi kurang lancar. Rasulullah sendiri tidak menganjurkan tidur dengan posisi ini.
3.Miring Ke Kanan
Dalam hal ini, Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam telah mengajarkan kita lewat sabdanya : ”Jika engkau akan tidur, maka berwudhulah sperti wudhu untuk sholat, kemudian berbaringlah ke sebelah kanan .....” (HR Bukhari dan Muslim). Para ahli sepakat, posisi tidur yang dianggap paling aman adalah dengan menghadap ke kanan karena dengan posisi ini jantung tidak akan tertekan sehingga aliran darah di dalam tubuh dapat berjalan lebih lancar. Lancarnya peredaran darah akan meningkatkan metabolisme tubuh.
4.Terlentang
Posisi terlentang merupakan salah satu posisi yang juga dianggap aman pada saat tidur. Namun jika memilih posisi tidur terlentang dianjurkan agar bantal yang digunakan dapat menopang seluruh kepala danleher sehingga pada saat terbangun tidak mudah mengalami pegal-pegal.
Adapun hadis mengenai berwudhu sebelum tidur sebagaimana disampaikan sebelumnya, telah diungkapkan keutamaannya secara medis. Dalam sebuah artikel berjudul ”Muslims Rituals and Their Effect on the Person’s Health” dijelaskan bagaimana wudhu dapat menstimulasi irama tubuh secara alami. Rangsangan itu muncul pada seluruh tubuh, khususnya pada area yang disebut Biological Active Spots (BASes). Terdapat 700 BASes pada tubuh kita, tapi 65 di antaranyay memiliki efek terapi refleks cepat yang cukup diaktifkan dengan pijatan ringan. Daerah ini dikenal dengan istilah ’drastic spot’ yang dalam artikel tersebut diungkapkan bahwa drastic spot inilah bagian-bagian tubuh yang di basuh air wudhu. BASes mirip sekali dengan titik-titik refleksologi ala cina. Bedanya, untuk menguasai titik-titik refleksi ala Cina dengan tuntas dibutuhkan waktu paling tidak 15-20 tahun. Beda kan dengan praktik wudhu???!!!
Selain itu, kita dianjurkan untuk banyak mengintrospeksi diri (muhasabah) sebelum tidur yang akan berguna sebagai motivator bagi aktivitas kita di hari berikutnya setelah bangun tidur. Juga berdoa kepada Allah sebelum dan ketika bangun tidur dengan doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah.
Sungguh, segala kebaikan telah terdapat dalam dien ini. Segala sesuatunya telah dijelaskan secara gamblang oleh Rasulullah. Berkait dengan aktivitas sehari-hari, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Tidak ada agama yang melebihi kesempurnaan dan keindahan agama Islam. Segala perintah dan larangan di dalamnya sarat hikmah bagi pengamalnya. Sayangnya, kita _sebagai seorang muslim_ jarang mengamalkan sunnah-sunnah ini dan menganggapnya terlalu sepele. Padahal dengan mengamalkan sunnah, selain pahala dan keridhaan Allah yang kita raih, juga perbaikan kualitas hidup pun berada digenggaman. Moga kita dimudahkan Allah untuk menjadi pengamal sunnah. InsyaAllah. Wallaahu a’lam........
Selengkapnya...
Teruntuk mbak P dan mbak2 P lainnya, ini adalah sepenggal kisah kami yang mungkin lebih kalian kenal sebagai manusia-manusia tak berperasaan yang menjadikan nyawa sebagai bahan uji coba. Ah, bukankah selama ini kalian mengenal kami hanya lewat kotak elektronik atau media massa lainnya, yang pendongengnya adalah mereka di luar golongan kami?!! Sebagaimana kata pepatah; tak kenal maka tak sayang, kebencian kalian kepada kami bisa jadi tumbuh dari benih keasingan terhadap diri kami. Maka kemarilah, mendekat.... akan kubagikan sepenggal kisah kami, agar kalian mudah mencintai kami.
Sebagian dari kami ketika memutuskan untuk kuliah di Fakultas Kedokteran adalah karena ingin memenuhi keinginan orang tua. Atau karena dianggap sebagai profesi turun temurun dari orang tua yang berprofesi sama. Masa-masa perkuliahan yang tiap pergantian semester berat terasa coba kami jalani. Ah, betapa tiap hari kami harus berkutat dengan buku-buku berbahasa latin yang masih sulit kami pahami artinya. Semua kami jalani awalnya karena ingin membanggakan orang tua. Seiring silih berganti waktu ketika kami memasuki dunia klinik atau yang lebih dikenal dengan internship dan menyandang gelar awal yang dengannya kami begitu bangga, sarjana kedokteran. Kamipun mulai mencintai profesi kami. Status kami berubah, dari mahasiswa yang dulunya menghabiskan waktu di kampus dengan berbagai aktivitas, menjadi seorang dokter muda yang harus terbiasa menggunakan jas putih dan siap dipanggil dokter. Tapi tahukah anda, saat itu sungguh kebanyakan dari kami ketika mulai melangkahkan kaki di rumah sakit, terbersit rasa khawatir. Langkahpun nyaris terhenti. Khawatir jika tak mampu menjawab pertanyaan pasien atau keluarga pasien tentang penyakitnya, ataupun khawatir tidak mampu melakukan tindakan yang menjadi kompetensi kami. Kekhawatiran seorang manusia biasa yang sadar akan kekurangan dirinya.
Dua tahun internship, kamipun mengalami seleksi alam. Sebagian dari kami terpaksa mundur perlahan tak tahan ditempa berbagai beban berat. Ada juga yang tertatih namun ada yang melaju dengan pesat. Tak ada yang salah, semuanya terpulang pada motivasi diri. Bagaimana tidak, di rumah sakit kami terpaksa harus merubah pola hidup kami. Dulunya kami bisa tidur 8 jam sehari di atas kasur empuk ditemani suasana nyaman kamar be-AC, harus tergantikan dengan jadwal tidur yang tak menentu di tempat dan kondisi apapun. Ah, bahkan terkadang kami tak dapat memicingkan mata sedikitpun karena cemas menanti pasien inpartu* yang menjerit kesakitan, pasien ICU yang harus di follow up per 15 menit, atau bahkan karena kalah bersaing mendapatkan sedikit ruang buat meluruskan raga dengan perawat atau residen jaga. Itupun keesokan harinya kami harus tetap bersemangat memulai hari yang panjang dan melelahkan ditemani setumpuk tugas yang entah kapan terselesaikan. Belum lagi tekanan mental yang kami dapatkan dari dosen, pegawai rumah sakit sampai pasien dan keluarganya.
Apakah semua kepedihan yang kami alami selama 6 tahun bahkan 10 tahun akan berakhir setelah kami berdiri di depan dekan mengikrarkan sumpah Hipocrates yang menjadi simbol status baru kami bukan lagi sebagai dokter muda tapi dokter yang sebenarnya???? Oho,,ooo. Ternyata gelar ini adalah langkah awal kami meniti perjuangan yang panjang dan melelahkan, dengan harapan perjuangan panjang ini bisa berakhir dengan istirahat kami di surgaNya.
Atas nama peningkatan standar seorang dokter. Kami harus mengikuti tes kompetensi demi sebuah STR. Tak pernah kami sesali, tapi muncul pertanyaan kenapa hanya kami??? Bukankah mereka yang dari fakultas lain juga butuh peningkatan standar??? Mereka yang (maaf....) tiap tahun lulusannya kebanyakan menjadi sarjana ‘pengangguran’ (sekali lagi maaf, tapi ada juga beberapa dari kami yang secara tidak sadar juga menjadi dokter pengangguran). Bukankah mereka lebih butuh akan itu dibanding kami??? Entahlah....
Pun ketika kami telah dinyatakan lulus tak semua orang bisa menerima bahwa kami telah dianggap kompeten sebagai seorang dokter. Sebagai bukti, banyak dari sejawat kami yang terpaksa mondar-mandir persidangan karena tertuduh melakukan tindakan malpraktik. Lucunya, mereka yang sering menuduh kami melakukan malpraktik adalah orang-orang yang sedikitpun tak pernah mengetahui tentang ilmu kedokteran, minimal tentang perjalanan sebuah penyakit, komplikasi tindakan bahkan tentang hirarki rumah sakit. Jangan-jangan suatu saat bayi yang diberi imunisasi BCG* kemudian timbul bisul ditempat suntikan menjadi lahan basah para LSM miskin ilmu untuk menuduh kami melakukan malpraktik. Istilah yang ternyata tak pernah tercantumkan dalam kitab perundang-undangan negeri ini. Teringat sindiran provokatif yang memerahkan kuping dan menyayat hati dari mereka yang anti-imunisasi. Program imunisasi dianggap sebagai program memperkaya dokter dan perusahan farmasi... sungguh, tuduhan tanpa bukti ilmiah yang menoreh luka. Kamipun tak dapat menuntut balik. Siapalah kami, manusia-manusia biasa yang kekuatannya hanya hati dan do’a.
Tak ada niat membela sejawat kami. Kami akan tetap mendukung pemerintah jika sebagian kecil dari kami yang telah terpedaya oleh nilai nominal sebuah mata uang terpaksa melakukan tindakan yang bertentangan dengan sumpahnya. Kami punya wadah buat menegur di komite medik, bukan media massa yang lebih sering memojokkan kami. Sering tuntutan yang kami peroleh sungguh diluar batas kemampuan kami, ganti rugi milyaran rupiah. Duuh, darimana kami bisa mendapatkan uang sebanyak itu??? Padahal sebagian dari kami rela menyebrangi samudera, membelah lautan, menyusuri bukit dan lembah, dihantam ombak bahkan sampai meninggal di tempat tugas demi misi kemanusiaan dan kamipun ikhlas ketika bayarannya hanya dengan seikat bayam, sekilo beras, ataupun sekedar ucapan terimakasih. Dan kami tidak menuntut lebih.... karena kami sadar balasan kami jauh lebih besar oleh Allah ketika kami ikhlas melakukan semua itu. Semuanya berawal dari kecintaan kami yang mendalam terhadap profesi kami, (meminjam kata-katanya mbak Meta;) bukankah mencintai kadang tak membutuhkan sebuah alasan? Kami mencintai profesi kami tanpa butuh sebuah alasan.
Bagi anda yang tak pernah mengenal kami langsung, tolong... jangan acungkan telunjuk di depan wajah kami ketika dengan terpaksa kami harus memberikan kabar buruk tentang keluarga anda yang tak mampu kami tolong. Kami hanyalah manusia biasa yang dengan niat berbuat semampu kami. Kami jauh lebih sedih ketika harus menyaksikan pasien kami meregang nyawa di depan mata. Kalau anda berani, acungkan telunjuk dihadapan Sang Penentu hidup dan mati. Karena kuasanya mendahului kemampuan kami.
Ah, ini sekedar penggalan kisah kami yang tlah terlupakan. Tak ada yang dilebih-lebihkan. Tak ada untungnya bagi kami. Sudah saatnya kami akhiri penat hari ini, mencoba bermimpi akan indahnya masa depan kami, meskipun itu hanya terjadi di negeri mimpi. Dengan harapan kalianlah yang membuat mimpi kami bersanding dengan mimpi indah kalian. Semoga.....
Ket :
Pasien Inpartu : Pasien hamil jelang melahirkan
BCG : jenis imunisasi untuk pencegahan penyakit TBC. tanda berhasilnya imunisasi ini jika terdapat bisul di tempat suntik yg setelah 4-minggu menjadi koreng
Selengkapnya...
Keith : “Kita tidak Bisa menilai buku dari sampulnya”
Watts : “Ya, tapi dari sampul kita bisa menilai berapa harganya”
(Some Kind of Wonderful)
Tulisan ini saya angkat dari sebuah buku berjudul KOPI MERAH PUTIH Obrolan Pahit Manis Indonesia oleh Indonesia Anonymous (tidak bermaksud promosi buku. Tapi tak apalah jika bukunya bisa mencerahkan!!). Sub-judul sebenarnya yaitu Kita, Jas dan Dasi, tapi sengaja saya gantikan dengan judul di atas biar lebih keren. Sebagian tulisan sengaja ‘dikebiri’ dan sedikit dimodifikasi (maaf ya mas2&mba2 dari Indonesia Anonymous juga yang pernah baca buku ini) biar bisa muat opini saya juga (He...he...)
Pernah dengar fenomena Warren Harding error? Namanya diambil dari Warren Harding yang pada tahun 1920 mencalonkan diri sebagai presiden Amerika Serikat. Walaupun program-program yang ia kampanyekan tidak jelas, ia tetap terpilih sebagai presiden karena penampilannya : tinggi, ganteng, dan meyakinkan. Sejak itu proses menilai seseorang hanya berdasarkan penampilan diberi nama Warren Harding error. Proses ini dianggap sebagi cikal bakal prasangka dan diskriminasi.
Untuk membuktikan bahwa diskriminasi berdasarkan penampilan ini nyata, mereka yang termasuk dalam team Indonesia Anonymous mencoba membuat sebuah eksperimen sederhana dan kecil-kecilan dengan biaya yang tidak terlalu mahal; 1.780.000 (harga sepasang jas untuk relawan ^_^)
Mereka meminta seorang relawan untuk masuk ke gedung-gedung sepanjang jalan Sudirman dan Thamrin (10 gedung) dengan dua penampilan berbeda. Pertama, ia akan mencoba masuk dengan berpakaian T-shirt, jins, dan sepatu kets. Di eksperimen berikutnya, ia akan mencoba masuk lagi dengan berpakaian jas, dasi dan membawa telpon genggam mahal. Agar lebih menarik, eksperimen dilakukan pada hari Sabtu saat gedung-gedung tersebut sepi. Alasannya biar si relawan dengan mudah dilihat oleh satpam sebagai objek eksperimen. Relawannya adalah seorang supir pribadi dari rekan mereka. dan untuk berjaga-jaga si relawan dilengkapi dengan nama-nama kantor yang memang ada di tiap gedung yang akan ia masuki berikut contact person-nya. Bila ada petugas satpam yang bertanya, ia akan dapat menyebutkan lantai berapa, kantor apa dan siapa nama orang yang hendak ia kunjungi.
Berikut hasilnya :
Di hari sabtu pertama, si relawan memasuki 10 gedung yang telah ditentukan dengan berpakaian T-shirt, jins, dan sepatu kets. Dari sepuluh kunjungan tersebut, si relawan :
Tidak dipedulikan petugas satpam : 1 KALI
Dihentikan dan ditanya mau kemana dan kemudian diperbolehkan pergi tanpa meninggalkan KTP : 3 KALI
Dihentikan, ditanya mau kemana, dan diminta meninggalkan KTP sebelum diperbolehkan pergi : 4 KALI
Diminta untuk meninggalkan gedung 2 KALI
Dia diusir 2 kali!!! Walaupun sudah menyebutkan nama kantor dan nama orang yang hendak ditemui, ia tetap disuruh pergi. “Kantornya tutup. Keluar kamu!”
Eksperimen bagian pertama selesai. Agar tidak terlalu mencolok, ditunggu sampai hari sabtu berikutnya untuk melaksanakan bagian kedua. Juga agar petugas satpam tidak mengenal wajah relawan.
Sabtu berikutnya, si relawan didandani dengan kemeja putih, jas, dan dasi. Sepatu hitam mengkilat. Telepon genggam di tangan. Meyakinkan sekali.
Dan hasilnya? Dari sepuluh kunjungan, si relawan :
Tidak dipedulikan oleh satpam : 9 KALI
Dihentikan, ditanya mau kemana,kemudian diperbolehkan pergi tanpa meninggalkan KTP : 1 KALI
Dihentikan, ditanya mau kemana, dan diminta meninggalkan KTP sebelum diperbolehkan pergi : 0 KALI
Diminta untuk meninggalkan gedung: 0 KALI
Yap, ia dihentikan satpam satu kali. Tapi itupun karena petugas satpam tersebut hendak membantu memanggilkan lift. Ketika lift datang, si petugas bahkan menahan pintu lift agar tetap terbuka dan menyilahkan relawan masuk.
Setelah menjalankan eksperimen di atas, mereka berkesimpulan : hanya sebegitukah yang kita perlukan agar dihormati orang lain? Jas, dasi, dan telpon genggam mahal? Itukah sebabnya kita bekerja mati-matian mengejar gaji yang lebih besar dan lebih besar lagi? Itukah sebabnya kita memilih merek tertentu ketika membeli mobil? Itukah sebabnya kita memilih daerah tertentu ketika membeli rumah? Supaya kita dihormati? Sebegitu murahkah kehormatan sehingga bisa dibeli seharga satu stel jas?
Pendapat pribadi (He...he...) : nih eksperimen bukanlah sebuah eksperimen ilmiah dan tentunya tidak bisa menjadi cerminan seluruh rakyat Indonesia (cie...cie..), apalagi objek/sampelnya adalah satpam tanpa melibatkan setiap strata sosial. Tapi paling tidak ini menunjukkan betapa kita (baca; rakyat Indonesia, karena ini dilakukan di Indonesia) masih terbelenggu oleh fenomena warren harding error. Jangan bilang kalau ada yang tidak pernah menemukan fenomena ini???(marah!!!). saking seringnya dijumpai, ada seorang teman (afwan ukh!!!) yang curhat via status fb-nya: don’t judge the book from the cover. Dan sayangnya saya terpaksa menjawab : thats right sizt.... but d cover shows how much we pay it. Hmp... anggapan ini benar atau benar-benar salah??? Anda yang lebih bisa memberi nilai..... Moga bermanfaat!!!!
Selengkapnya...
Subuh.... di antara bekas dinginnya malam yang merayap dan merayu tubuh untuk tetap berpelukan dengan hangatnya mimpi. Perlahan coba kutepis naluri kemalasan dengan menyebut namaNya sebagai bentuk syukur tlah hidup kembali setelah semalam dimatikan olehNya. “Alhamdulillaahillazii ahyaana ba’da ma amaatana wailayhinnusyuur”. Satu ikatan syetan tlah lepas. Ikatan kedua kulepaskan dengan sentuhan air wudhu. Grrrhhh.... kesejukan tiba-tiba merasuk, tidak saja pada anggota tubuh yang terbasuh, tapi juga melingkupi seluruh pori-pori kulit membangkitkan rasa dan raga tuk segera bersujud di hadapanNya. Satu ikatan terakhir tertebus dengan 2 rakaat sholat..... terijabah kah sholatku??? Tetap berharap!!!
Masih ada 1 jam lebih sebelum memulai aktivitas. Kunikmati pagi ini dengan mengukir kenangan di jalan sekitar rumah. Sepi... sesekali terlihat beberapa orang bapak2 paruh baya pulang ke rumah setelah sholat subuh di masjid sebelah diikuti bayangan panjang yang tersoroti lampu jalanan yang remang-remang. Langit di sebelah barat masih gelap berhiaskan bintang ,menanti kehadiran sang surya tuk gantikan tugasnya setelah semalaman begadang. Rintihan panjang jangkrik diiringi kokok ayam dan lolongan anjing bersahut-sahutan mencoba membangunkan jiwa-jiwa yang masih berselimut kemalasan. Di jalanan aspal yang mulai berlubang di sana-sini tergenang air kecoklatan, tampak satu dua orang yang berlari-lari kecil. Tanah yang semalaman terbilas oleh curahan air dari balik awan yang sekian lama dinanti serta embun dari rerumputan sepanjang jalanan memberikan aroma yang begitu menusuk menghadirkan simfoni pagi yang menyejukkan jiwa.
Sekitar lima ratus meter perjalanan, setelah melewati Pilla Mart yang menjadi shopping centre warga sekitar, kucoba nikmati alunan zikir alam yang begitu memikat. Di sisi kiri kanan terhampar sawah dengan hijaunya di antara tanaman enceng gondok liar yang mulai mengusik, kicauan burung pipit, perbukitan hijau yang perlahan tertutupi oleh bangunan-bangunan baru seakan mencoba bersaing dengan maha karya teragung Sang Pencipta, serta siluet jingga di ufuk timur petanda terbangunnya sang surya dari tidur panjang. Toh, Semuanya tlah dikalahkan oleh pemandangan yang jauh lebih menarik pagi ini. Di seberang jalanan, dibalik gundukan sampah yang hampir setinggi perbukitan di belakangnya, dua orang bocah sedang mengais-ngais gundukan itu seperti ada yang dicari. Di atas gundukan itu tertancap sebuah papan pengumuman yang jelas terbaca DILARANG BUANG SAMPAH DI SINI. Keduanya sibuk memilah-milah sesuatu, sebagian dikumpulkan menjadi gundukan yang lebih kecil disamping gundukan yang besar, sebagian lagi dibuang sambil sesekali terdengar suara ribut dua bocah ini memperebutkan apa yang ada di tangannya seolah enggan kehilangan barang berharga. Ah, barang yang mereka anggap berharga tak lebih dari sebuah panci peot dengan lubang besar di tengahnya dan sebuah sapu ijuk yang kusam dan rontok. Setelah mereka merasa puas bermain-main dengan sesuatu yang menurutku menjijikan, saatnya barang2 hasil pencariannya dipindahkan ke sebuah gerobak. Gerobak besar bercat putih kecoklatan yang mulai memudar warnanya dengan sepeda tua sebagai pengayuh itu jauh lebih besar dari tubuh kedua bocah ini. Gerobak besar itu nyaris menenggelamkan keduanya. Salah seorang dari mereka naik ke atas gerobak, dan dengan gaya bak kenek angkot ia berteriak ke temannya yang lain. ‘Ayo jalan.... ‘ dan gerobak pun mulai meninggalkan tempat dimana mereka mencari harta karun. Kulirik sejenak jam tanganku, baru pukul 05.45.... hmmm, mereka berpagi-pagi ke tempat ini untuk berebutan barang-barang bekas penduduk sekitar yang lebih dikenal dengan sebutan SAMPAH. Sesuatu yang identik dengan kotor, menjijikkan dan tempat bersarangnya penyakit justru bagi kedua bocah ini adalah barang berharga sumber kehidupan mereka sehari-hari. Mengais sampah bagi mereka adalah mengais rezki mereka di hari itu. Ikhtiar sederhana menjemput rezki dariNya. Padahal anak seumuran mereka lebih pantas berada di dalam ruang kelas menikmati lezatnya hidangan ilmu untuk masa depan.
Belum sempat kulepaskan pandangan, terdengar suara ribut dari sebuah mobil yang perlahan mendekat. Di dalam mobil ada beberapa anak berseragam putih merah yang riang gembira. Tiba-tiba ada sesuatu yang dibuang dari dalam mobil, spontan bocah pengayuh gerobak menghentikan gerobaknya dan berlari kencang berlomba bersama temannya ke arah benda yang dibuang. Tak berapa lama bocah pengayuh gerobak berteriak keras menyebutkan kata-kata yang tak jelas terdengar, melompat-lompat kegirangan sambil mengacungkan benda yang baru dipungutnya. Hoo..oh... benda itu hanyalah dua buah kaleng bekas minuman yang dibuang oleh anak-anak yang berada di dalam mobil tadi.
Begitu asyiknya kuperhatikan adegan di depanku, tak terasa semburat sinar mentari dari balik bukit mulai menghangatkan wajah, itu berarti saatnya aku kembali tuk mulai aktivitas. Kulangkahkan kaki, pulang mengikuti irama langkah kedua bocah pemungut sampah. Ingin rasanya cepat menyusul mereka dan mencoba menikmati kebahagiaan yang terlihat jelas di mata mereka. Tapi, ah... aku didahului oleh seorang wanita tua yang berjalan cepat meninggalkanku di belakangnya. Aku tersentak, terdiam sejenak menyaksikan pemandangan yang barusan kulihat. Lagi-lagi aku dibuat terpaku di tempatku.... Seorang wanita tua berusia hampir 60 tahun yang dipundaknya bertengger sepotong bambu berdiameter dua kepalan orang dewasa dan kira-kira 5 meter panjangnya, melaju meninggalkanku yang kebingungan hanya mengucap masyaAllah berulang kali. Begitu wanita ‘perkasa’itu melewati kedua bocah di depannya, dengan sigap sang bocah yang berada di atas gerobak yang sementara di dorong oleh temannya melompat dari dalam gerobak, dan tanpa dikomando ataupun menawarkan bantuan ia sudah berdiri di belakang wanita tua itu membantu memikul bambu yang lebih pantas dipikul oleh orang dewasa laki-laki yang bertenaga.
Aku baru tersadar setelah mereka jauh meninggalkanku, punggung-punggung yang tersisa dalam pandanganku itu begitu kokohnya. Kokoh menopang jasad agar bertahan terhadap kerasnya hidup. Kokoh menopang orang-orang di sekitar mereka dengan ikhtiar menjemput rezki yang halal. (aku kalaaaah jauuuh dari mereka... bahkan ikhtiarku pun tak nampak, ikhtiar menjemput rezki yang kulakukan selama ini adalah dengan menengadahkan kedua tangan sambil mengemis di depan kedua orang tua.... bahkan pengemispun masih punya ikhtiar. Yah.... ikhtiar dengan sebuah kaleng bekas dan baju compang-campingnya).
” Ya Allah, Engkau hidupkan kembali HambaMu hari ini tuk belajar dari mereka. Belajar ‘malu’ untuk selalu bergantung pada makhlukMu”.
Selengkapnya...
Hupf... berakhir juga pembekalan dan pencerahan qalbu KKN hari ini. Entah kenapa ’rasa’ itu tak lagi seperti dulu, rasa yang enam tahun lalu begitu nikmat. Sebulan di pesantren Daarul Mukhlisin saat itu membangkitkan ghirah beribadah yang luar biasa. Masih terekam jelas di memori yang teregresi momen dimana bulir-bulir bening yang begitu hangat mengguyur wajah dan qalbu, zikir dan wirid yang panjang setiap selesai sholat fardhu terasa begitu menyentuh kalbu, saat itu aku termasuk yang paling semangat menjalani hari-hariku. Bahkan aku merasa hatiku telah tertaut di pesantren itu, Dan... setelah enam tahun berlalu rasa itu tak seindah dulu. Aku menangis... tapi tak lagi karena tersentuh dengan zikir dan wirid yang terlantunkan dari lisan para jamaah sholat fardhu, tangisan yang tertuju pada diri sendiri karena tersadar memiliki tingkat keimanan yang terendah. Yah... tingkat keimanan terendah, karena hanya mampu kutolak dengan hati perbuatan yang setelah enam tahun berlalu telah kuilmui bahwa semuanya jauuuh dari tuntunan Allah dan rasulNya. Setelah kuilmui bahwa syarat diterimanya ibadah adalah ikhlas dan ittiba’ Rasulullah, ketidakhadiran salah satunya menjadikan ibadah kita tak layak terhitung di sisi Allah, yang tersisa hanya kelelahan raga. Duuh, betapa sia-sianya perjuangan qta.
Bid’ah yang terbungkus alasan kebaikan, kebebasan dan kreatifitas beribadah menjadikan amalan ini begitu mendapatkan tempat di hati pelaksananya. Bahkan amalan ini menjadi ’trend’ di kalangan masyarakat awam yang ’miskin’ ilmu adDien. Padahal Rasulullah sebagai pembawa risalah kebenaran dan sebaik-baik teladan umat telah melaksanakan tugasnya dengan amat sempurna. Tiada satupun dari perkara agama yang luput beliau sampaikan, hingga Allah berfirman ketika haji wada’ yang menjelaskan bahwa tugas kerasulan beliau telah selesai, yaitu: “Pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu, kucukupkan nikmatku atasmu serta kuridhoi Islam sebagai agamamu.(QS. Al-Maidah: 3).Pantaslah jika Imam Malik rahimahullah berkata,” Siapapun yang membuat bid’ah dalam Islam dan menganggapnya hasanah(baik), maka sungguh ia telah menyangka bahwa Nabi Muhammad telah mengkhianati misi kerasulan, berdasarkan firman Allah ta’ala diatas, maka yang tidak dijadikan-Nya agama pada saat itu begitupun pada saat ini.”(Al-I’tishom I/64). ya Rasulullah, sungguh tak pernah terbersit untuk memberi gelar itu padamu.
Ibarat sebuah panggung sandiwara, dimana syaithan adalah sang sutradara. Pemain-pemain sandiwara ini begitu khusyuk menjalankan skenario yang dibuat sang sutradara. Dan di pojok pentas yang remang-remang tampak wajah sang sutradara yang tersenyum puas..... oh tidak, sutradara itu tak sekedar tersenyum puas tapi lebih dari itu, ia saat ini sedang terpingkal-pingkal menyaksikan kesuksesan sandiwaranya. Sementara dari deretan kursi penonton, tampak di deretan paling belakang, mereka yang mengaku pengikut generasi salaf berekspresi dengan ekspresi yang bermacam-macam, ada yang mencoba menghentikan adegan di depannya, sayangnya ia hanya sendiri tak punya kekuatan tuk melawan mereka yang jauh lebih banyak. Ada juga yang Cuma bisa berdoa dalam hati agar orang-orang itu diberi petunjuk oleh Allah, ah... bahkan ada yang sibuk dengan ‘keshalihan’ sendiri, tak lagi peka dengan mereka yang nyaris terjerembab ke dalam lubang neraka. Seolah-olah surga disediakan hanya untuk dirinya. Sungguh egois!!!
"Ya Allah, mudahkanlah kami untuk bisa berjalan di atas sunnah rasulMu".
Selengkapnya...